REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengatakan bahwa PBNU akan mengajak tokoh lintas agama untuk peduli dan melihat masalah Yerusalem sebagai sebuah entitas bangsa. Hal ini disampaikan Helmy saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema Kotak Pendora Itu Bernama Yerussalem di Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta Pusat, akhir pekan lalu
"PBNU akan ajak tokoh-tokoh lintas agama, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, agar bersama-sama melihat Yerusalem ini bukan semata keprihatinan umat Islam tapi keprihatinan kita sebagai entitas bangsa," ujar Helmy.
Helmy mengatakan, jika rakyat Indonesia membiarkan sikap Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, maka sama saja melakukan hal yang sama dengan Trump. Karena, menurut dia, kemerdekaan adalah hak segala bangsa.
"Apa yang dilakukan oleh Trump telah menimbulkan sesuatu kekacauan dan mengganggu pembangunan dunia," katanya.
Seperti diketahui, Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dalam pidato publiknya pada Rabu (6/12) waktu setempat. Trump juga menginstruksikan Departemen Luar Negeri AS untuk mulai merancang perencanaan dimulainya proses pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Langkah kontroversial Trump ini untuk menepati janji kampanye juga menindaklanjuti keputusan Kongres AS tahun 1995 yang meloloskan undang-undang yang mengatur kebijakan AS untuk memindahkan Kedubes ke Yerusalem.