REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Kamaruddin Amin mengungkapkan, salah satu masalah besar dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini, yaitu disparitas. Disparitas merupakan jurang perbedaan atau ketimpangan output pendidikan dalam masyarakat.
Menurut Kamaruddin, akibat disparitas tersebut masih banyak ketimpangan sarana prasarana, ketersediaan dan kompetensi guru khususnya di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia masih besar disparitas. Istilahnya local disparity," ujar Kamaruddin dalam keterangan tertulisnya yang diterima Republika.co.id, Sabtu (16/12).
Hal ini juga disampaikan Kamaruddin dalam workshop peningkatan kompetensi guru madrasah daerah 3T yang dilaksanakan oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah di Bogor, Jumat (14/12) kemarin.
Dalam acara tersebut, Kamaruddin menjelaskan, bahwa disparitas pendidikan di Indonensia menimbulkan tidak meratanya kualitas pendidikan antar daerah, sehingga pendidikan di kota dengan di desa berbeda secara kualitas dan sarana prasarana yang tersedia.
"Salah satu program pemerintah memperjuangkan disparitas sarana prasana, guru dan satandar lain. Kita perjuangkan bagaimana tidak terjadi gap (jarak)," ucapnya.
Kondisi kesenjangan pendidikan di Indonesia tersebut juga diamini salah peserta workshop, Surahmat, yang berasal dari Pulau Nias, perbatasan kepulauan Mentawai. Surahmat menceritakan, bagaimana kondisi madrasah tempat dia mengajar yang harus menggunakan masjid dan rumah warga untuk proses pembelajaran karena keterbatasan ruang kelas. "Kami gunakan masjid lama yang bocor dan sampai harus pinjam rumah warga," katanya.