Senin 18 Dec 2017 14:54 WIB

Jembatan Darurat Jalinbar Masih Diperbaiki

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
Jalan lintas barat (Jalinbar) di Kampung Mandiri Sejatin KM 20, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Lampung, terputus akibat terjangan air hujan, Kamis (12/10) dini hari.
Foto: Republika/Mursalin Yasland
Jalan lintas barat (Jalinbar) di Kampung Mandiri Sejatin KM 20, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), Lampung, terputus akibat terjangan air hujan, Kamis (12/10) dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Sejak ambruk pada 23 November 2017, perbaikan jembatan bailey (darurat) di Desa Mandiri Sejati, Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung,masih berlangsung. Untuk mengantisipasi antrean kendaraan dari Bengkulu dan Lampung, petugas membuat jalur alternatif di sisi jembatan dengan cara pemadatan jalan.

Keterangan yang diperoleh Republika.co.id dari warga setempat, Senin (18/12), arus kendaraan di Jalan Lintas Barat (Jalinbar) yang menghubungkan Provinsi Lampung dan Bengkulu, masih menggunakan jalur alternatif yang berada di dasar sungai yang sekarang sedang mengering. Jalur tersebut dapat digunakan kendaraan karena air laut belum naik atau pasang dan cuaca masih kondusif.

"Biasanya kendaraan roda empat lewa di muara sungai, tapi sekarang kendaraan sudah bisa melintas di jalur alternatif karena sudah dipadatkan," kata Gunawan, warga Krui.

Kendaraan roda dua dan empat sudah lancar melintas di sungai tersebut baik dari Krui maupun dari Bengkulu menuju Kota Agung atau Bandar Lampung. Biasanya, kendaraan harus antre melintas di penyeberangan tersebut, karena kondisi tanah berpasir yang rawan bagi kendaraan. Sehingga kalau mau melintas terpaksa mendapat bantuan dengan dorongan petugas dan warga setempat.

Sejak jembatan bailey ambruk karena dilintasi truk bermuatan lebih, para pengendara dari kedua tempat tersebut masih berminat melintas di jalinbar. Padahal petugas telah mengalihkan arus kendaraan ke Jalan Lintas Tengah (Jalinteng) melalui Kotabumi, Lampung Utara.

Di awal jembatan ambruk, pengendara terpaksa memilih Jalinteng meski selisih waktu dan jarak lebih lama. Setelah lama, pengendara khususnya mobil bak terbuka dan truk memilih kembali lewat jalinbar meski harus berusah payah melintas di bawah jembatan tersebut. "Kalau air laut pasang tetap tidak bisa kendaraan melintas," kata Heri, pengemudi mobil bak terbuka yang setiap pekan melintas dari Bandar Lampung ke Krui.

Sebelum jembatan bailey ambruk dilintasi truk sarat muata, Polres Lampung Barat telah memasang pengumuman agar truk muatan berat tidak boleh melintas di jembatan. Beban muatan yang boleh melintas di jembatan hanya di bawah tujuh ton. Namun, sebuah truk fuso B 9913 HI lebih muatan (14 ton) dengan sopir Agus Susanto tujuan Bengkulu melintas yang menyebabkan jembatan ambruk di tengah pada Kamis (23/11) siang.

Jembatan darurat dibangun setelah jembatan permanen di desa tersebut amblas diterjang banjir pada 12 Oktober 2017. Setengah bulan setelah itu, pembangunan jembatan bailey selesai dan kendaraan dapat melintas pada 27 Oktober 2017, dengan ketentuan beban kendaraan dilarang di atas tujuh ton.

Menurut Kasat Lantas Polres Lampung Barat AKP Agustinus, jembatan bailey tersebut hanya mampu menahan beban berat maksimal tujuh ton. Namun kendaraan truk fuso yang melintas melebih kapasitas jembata yakni di atas 10 ton.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement