REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ratna Ajeng Tejomukti
Muslim di Brasil berawal dari perbudakan di negara tersebut. Mereka yang terenggut kebebasannya berasal dari Afrika yang datang pada abad ke-18. Mereka tumbuh menjadi komunitas besar hingga saat ini. Tak kurang dari 1,5 juta Muslim kini menjalankan keyakinannya di sana.
Dilansir Bahath.co, jejak awal Islam di Brasil diketahui dengan adanya komunitas Muslim Hausa dan Yoruba. Mereka menyebarkan Islam di perkebunan saat awal kedatangan mereka ke Brasil. Orang-orang Afrika Muslim disebut sebagai Male yang memiliki kaitan dengan kata imale, yang berasal dari kata Mali, jantung kerajaan Mandinka Islam di bawah pemerintahan Mansa Musa.
Male berasal dari Hausa Malam, yang berasal dari kata bahasa Arab, mu'allim yang berarti guru. Kata ini penting karena banyak Muslim Afrika berpendidikan tinggi. Dasar Islam yang berfokus pada pendidikan diterjemahkan ke dalam kemampuan sarjana Male untuk mengambil alih perjuangan untuk kebebasan dari perbudakan.
Sejarah Muslim di Brasil dimulai dengan impor tenaga kerja budak Afrika ke negara tersebut. Brasil memperoleh 37 persen dari seluruh budak Afrika yang diperdagangkan. Lebih dari 3 juta budak dikirim ke negara ini. Mulai sekitar tahun 1550, Portugis mulai menukar budak-budak Afrika untuk mengerjakan perkebunan gula. Para ilmuwan mengklaim bahwa Brasil menerima lebih banyak Muslim yang diperbudak daripada di tempat lain di Amerika.
Selama masa Perang Barbar, beberapa orang asli Brasil berinteraksi dengan Muslim. Hal itu dicatat oleh Dr Antonio Sosa, intelektual Islam Portugis yang ditawan di Afrika Utara pada 1570-an. Pemberontakan Muslim tahun 1835 di Bahia mengilustrasikan kondisi dan warisan perlawanan di kalangan masyarakat Male karena Muslim Afrika dikenal di Bahia abad ke-19.
Mayoritas peserta adalah Nago, penunjukan lokal untuk suku Yoruba. Banyak masyarakat Male adalah tentara dan tawanan dalam perang antara Oyo, Ilorin, dan negara-negara kota Yoruba lainnya pada awal abad ke- 19. Peserta lainnya, termasuk suku Klerus, Hausa, dan Nupe, bersama dengan tentara Jeje atau Dahomean telah masuk Islam.
Dimulai pada malam 24 Januari 1835 dan berlanjut keesokan paginya, sekelompok budak kelahiran Afrika mendiami jalan-jalan di Salvador. Selama lebih dari tiga jam mereka menghadapi tentara dan warga sipil bersenjata.
Meskipun berumur pendek, pemberontakan tersebut merupakan terbesar di Brasil. Gerakan itu dimotori budak perkotaan terbesar di Amerika. Sekitar 300 orang Afrika mengambil bagian dan perkiraan jumlah korban tewas berkisar antara lima puluh sampai seratus orang. Jumlah ini meningkat bahkan lebih jika orang yang terluka dan meninggal di penjara atau rumah sakit disertakan.
Muhammad Shareef beralasan peberontakan dan juga misi untuk mem ban tu semua budak, pada dasarnya sifat Islam. Ini berdasarkan pada prinsip kebebasan dalam Islam yang melawan penindasan.
Banyak dari mereka yang dijatuhi hukuman mati, penjara, cambuk, atau deportasi.
Pemberontakan itu berdampak secara nasional. Takut diikuti, pihak berwenang Brasil mulai mengawasi Male dengan sangat hati-hati.
Pada tahun-tahun berikutnya mereka memaksa konversi ke agama Katolik dan menghapus ingatan dan cinta terhadap Islam. Namun, komunitas Muslim Afrika ti dak dapat terhapus dalam semalam. Sampai akhir 1910 diperkirakan masih ada sekitar 100 ribu Muslim Afrika tinggal di Brasil.
Setelah pemberontakan komunitas Muslim Afrika-Brasil, periode Islam berikutnya di negara ini berasal dari imigrasi Muslim Timur Tengah dan Asia Tenggara. Sekitar 11 juta imigran Suriah dan Lebanon (kebanyakan orang Kristen Maronite) tinggal di seluruh Brasil. Konsentrasi terbesar umat Islam ditemukan di wilayah Sao Paulo.