REPUBLIKA.CO.ID,SUKABUMI -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi memastikan ada delapan kasus susfect difteri yang ditangani dalam beberapa hari terakhir. Dari delapan kasus tersebut sebanyak lima di antaranya positif difteri dan tiga lainnya negatif
'' Hal ini didasarkan pemeriksaan laboratorium,'' ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kabupaten Sukabumi Hendra Priatna kepada wartawan Rabu (20/12). Ia menerangkan ke delapan suspect difteri ini ditangani di tiga rumah sakit berbeda.
Pertama, ungkap Hendra, di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sekarwangi Kecamatan Cibadak yang menangani enam orang pasien suspect difteri. Dari enam orang tersebut tiga di antaraya positif difteri yakni Dimyati (64 tahun) warga Kecamatan Caringin, M Said (7 tahun) Kecamatan Sukaraja dan Atar Narendra (5 tahun) warga Kecamatan Cicurug.
Satu pasien difteri atas nama Dimyati, terang Hendra, dinyatakan sudah sehat dan diperbolehkan pulang. Sedangkan dua pasien lainnya masih dalam perawatan di ruang intensif.
Hendra menuturkan, satu pasien lainnya dirawat di RSUD Palabuhanratu yakni Adelia Ramadhani (1 tahun 5 bulan). Balita asal Palabuhanratu ini dinyatakan positif difteri dan masih dalam perawatan. Terakhir, kata Hendra, satu pasien yang dirawat di RSHS Bandung yakni Rahmat Alfian (14 tauun) warga Desa Langensari Kecamatan Sukaraja.
Rahmat meninggal dunia, pada Selasa (19/12). Sebelum dirujuk ke RSHS Rahmat ditangani di rumah sakit Sukabumi dan akhirnya dibawa ke Bandung.
Munculnya kasus difteri ini, ujar Hendra, telah ditangani maksimal oleh Dinkes. Di antaranya mulai dari penyelidikan epidomologi sampai aksi di lapangan mengadakan antisipasi dengan pengobatan di wilayah paparan terjadinya kasus.
Ditambahkan Hendra, Dinkes juga memberikan penjelasan melalui penyuluhan secara maraton bahkan memberikan vaksinasi. Upaya lainnya memfasilitasi proses rujukan secara keseluruhan ke rumah sakit.
Di sisi lain, sambung Hendra, terkait dengan vaksin ADS itu stoknya berada di provinsi. ''Untuk memperolehnya rumah sakit yang harus mengusulkan vaksin tersebut dengan membawa bukti hasil laboratorium dan bukti fisik serta foto penderita yang positif,'' cetus dia.
Langkah ini kata Hendra, telah dilakukan untuk mendapatkan vaksin sesuai dengan anjuran dari Dinkes Provinsi. Prosedur ini karena untuk mengefektifkan penggunaan vaksin mengingat harganya yang relatif mahal. Penderita yang dirawat sudah sebagian difasilitasi untuk kebutuhan vaksinnya. Ke depan ia berharap kondisi pasein difteri maupun yang negatif bisa pulih kondisinya.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement