Jumat 22 Dec 2017 14:19 WIB

Hari Ibu, Menteri PPPA: Perempuan dan Laki-Laki Setara

Rep: Debbie Sutrisno/ Red: Gita Amanda
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise memberi sambutan saat acara Peluncuran Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Anak (PKTA) di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta, Rabu (26/7).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Yohana Yembise memberi sambutan saat acara Peluncuran Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Anak (PKTA) di Auditorium Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta, Rabu (26/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana S Yembise menegaskan, perempuan dan laki-laki memiliki peran dan kedudukan yang setara. Baik dalam mencapai tujuan negara maupun memperjuangkan kesejahteraan di semua bidang pembangunan seperti bidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik, dan hukum.

Perempuan dan laki-laki juga mempunyai kesempatan, akses, serta peluang yang sama sebagai sumber daya pembangunan. "Sebagaimana target yang harus dicapai dalam tujuan pembangunan baik pembangunan nasional jangka menengah, jangka panjang, maupun tujuan-tujuan pembangunan berkelanjutan sampai tahun 2030," kata Yohana dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Wakil Sekretaris Kabinet Ratih Nurdiati pada Upacara Peringatan Hari Ibu ke-89, di halaman Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg), Jumat (22/12).

Menghadapi situasi yang disebut sebagai darurat kekerasan terhadap perempuan dan anak, Kementerian PPPA berkeyakinan melalui kerja sama, gotong royong, saling membantu, dan bahu membahu, negara ini dapat melakukan sesuatu dan mencapai hasilnya dengan lebih baik. Meski memiliki keinginan dan kemauan yang kuat, tapi untuk menghentikan segala bentuk kekerasan baik ranah publik maupun ranah domestik akan sulit ketika dikerjakan perorangan.

Menteri Yohana mengingatkan perlunya pelibatan dan peningkatan peran kaum laki-laki dan keluarga dalam rangka penghapusan segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan lainnya, serta berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.

Sebagai contoh, ia menunjuk maraknya berbagai persoalan bangsa dan kompleksitas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Seperti berbagai bentuk kekerasan termasuk tindak pidana perdagangan orang, pornografi, infeksi menular seksual dan HIV/AIDS, narkoba, kriminalitas, dan lainnya yang disebabkan karena runtuhnya pondasi ketahanan dalam keluarga.

Yohana mengajak semua perempuan untuk maju, mampu menjadi sosok yang mandiri, kreatif, inovatif, percaya diri, dan meningkatkan kualitas dan kapabilitas dirinya. "Sehingga bersama laki-laki menjadi kekuatan yang besar dalam membangun keluarga, membangun masyarakat, dan membangun bangsa," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement