Ahad 24 Dec 2017 15:00 WIB

Ingkar Janji dan Pengkhianatan

Rep: A Syalaby Ichsan/ Red: Agung Sasongko
Munafik/ilustrasi
Foto: top-10-list.org
Munafik/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengkhianatan menjadi salah satu sifat jahat dalam diri manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), khianat artinya perbuatan tidak setia, tipu daya, perbuatan ingkar janji.  Jika merujuk pada definisi itu, banyak sekali sifat khianat dipertontonkan di negeri ini. Contoh sederhananya adalah khianat terhadap amanah yang diberikan rakyat.

Banyak calon pemimpin di negeri ini yang mengungkapkan seribu satu janji kampanye demi mendulang suara. Tak jarang, kontrak politik pun ditekennya agar mendapat rasa percaya. Setelah terpilih, janji pun tinggal janji. Apa yang dikatakan saat kampanye jauh panggang dari api. Amanah suara rakyat pun dikhianati. Janji sudah diingkari.

Kisah pengkhianatan bisa dilihat dari Abdullah bin Ubay. Orang yang mengaku Islam, tetapi ke rap menjadi provokator di Madinah. Tokoh ini toleran terhadap kaum Musyrikin, tetapi menyembunyikan toleransinya terhadap kaum Muslimin.

Lainnya adalah dusta alias bohong. Berbohong dan menye barkan kabar kebohongan seolah sudah menjadi trendi negeri ini. Banyak sekali berita hoax yang dibagikan tanpa proses tabayun terlebih dahulu kepada si empunya peristiwa. Dusta dalam konteks berita sangat merugikan. Allah SWT pun menyuruh kepada kaum mukminin untuk meneliti dan mengonfi rmasi berita yang datang kepadanya. Khususnya ketika berita itu datang dari orang fasik. Wahai orang- orang yang beriman, jika ada seorang fasik datang kepada kalian de ngan mem- bawa suatu berita pen ting, tabayunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar ke bodohan, kemudian akhirnya ka lian menjadi menyesal atas per lakuan kalian. (al-Hujurat :6).

Ingkar janji juga digolongkan dalam munafik. Orang-orang beriman pun harus berhati-hati dalam menepati janji. Karena itu, Rasulullah SAW pun mengajarkan agar meng ucapkan insya Allah jika hen dak berjanji atau memberi harapan. Rasulullah SAW bersabda, `'Berkata Sulaiman bin Daud as: Malam ini aku akan berkeliling mengunjungi 70 perempuan, tiap perempuan kelak akan me lahirkan seorang anak yang ke lak akan berperang di jalan Allah. '' Sulaiman ditegur oleh malaikat, `'Katakanlah In sya Allah. '' Sulaiman tanpa mengucapkan insya Allah mengunjungi 70 perempuan itu dan ternyata tidak seorang pun di antara wanita-wanita itu yang melahirkan anak, kecuali seorang wanita yang melahirkan seorang setengah manusia. Demi Allah yang nyawaku ada di tangan-Nya, seandainya Sulaiman mengucapkan kata insya Allah niscaya ia tidak gagal dan akan tercapai hajatnya. (HR Bukhari dan Muslim).

Terakhir, yakni berlebihan saat berbeda pendapat atau ber selisih. Rasulullah SAW meng ajarkan kepada kita untuk me- ninggalkan hal yang tidak ber manfaat. Perdebatan tanpa ilmu alias debat kusir yang tidak jelas ujung pangkalnya kerap kita saksikan di televisi dan kehidupan sehari-hari. Padahal, seperti diriwayatkan Imam Abu Dawud, Rasulullah sudah memberikan jaminan rumah di pinggiran surga kepada orang yang mampu meninggalkan debat meski dia orang yang benar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement