REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemerintah Israel mengklaim tengah menjalin hubungan dengan 10 negara yang berencana memindahkan kedutaan besarnya untuk Israel ke Yerusalem. Hal ini disampaikan sehari setelah Presiden Guatemala Jimmy Morales mengumumkan akan memindahkan kedutaan besar negaranya dari Tel Aviv ke Yerusalem.
"Kami berhubungan dengan setidaknya 10 negara, beberapa di antaranya di Eropa untuk membahas langkah ini (pemindahan kedutaan besar ke Yerusalem)," ungkap Wakil Menteri Luar Negeri Israel TzipiHotovely, seperti dilaporkan laman Al Arabiya, Selasa (26/12).
Kendati demikian Hotovely enggan menyingkap negara-negara mana saja yang sedang berencana memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem. Namun, berdasarkan beberapa sumber diplomatik Israel, empat negara di antaranya adalah Filipina, Rumania, Sudan, dan Honduras.
Majelis Umum PBB, pada Kamis (21/12), telah menyetujui resolusi yang dengan tegas meminta Amerika Serikat (AS) menarik pengakuannya atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Resolusi ini disepakati 128 negara dan ditolak sembilan negara lainnya. Sedangkan 35 negara memilih abstain.
Namun Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan resolusi yang diadopsi Majelis Umum PBB tak akan menyurutkan rencana negaranya untuk memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem. "AS akan menempatkan kedutaannya di Yerusalem. Inilah yang rakyat Amerika inginkan dan ini adalah hal yang benar untuk dilakukan. Tidak akan ada pemungutan suara di PBB yang akan membuat perbedaan mengenai hal itu," ujar Haley.
Pada 6 Desember lalu, Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Keputusan Trump dikecam dan diprotes negara-negara Arab dan Muslim karena dinilai telah melanggar kesepakatan serta resolusi internasional terkait Yerusalem.