REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Para bankir Hong Kong mengincar sejumlah penawaran publik (IPO) bluckbuster dari perusahaan teknologi Cina, dengan kapitalisasi pasar sebesar 500 miliar dolar Amerika Serikat (AS) selama dua tahun ke depan. Hal ini untuk meningkatkan ekuitas yang sempat menurun pada 2017.
Perusahaan pembuat smartphone asal Cina, Xiaomi dan platform pengelolaan kekayaan, Lufax telah berencana untuk melakukan IPO di bursa saham Hong Kong pada 2018 mendatang. Para bankir Hong Kong memperkirakan, IPO Xiaomi bisa memberikan nilai kepada perusahaan hingga 100 miliar dolar AS dan Lufax sebesar 18,5 miliar dolar AS dalam putaraan pendanaan terakhir.
"Harapannya adalah dalam beberapa tahun ke depan mungkin ada kenaikan kapitalisasi pasar sebesar 500 miliar dolar AS di sektor teknologi Cina yang bisa go public," ujar Head of Equity Capital Markets Syndicate for Asia Pacific Credit Suisse, Tucker Highfield dilansir Reuters, Jumat (29/12).
Jika harapan para bankir ini terpenuhi, maka bursa saham Hong Kong akan bersaing dengan bursa saham New York untuk IPO global. Beberapa perusahaan teknologi diperkirakan masih memilih New York karena memiliki struktur saham kelas ganda atau dual-class share. Perusahaan platform aplikasi online asal Cina, Meituan-Dianping akan melakukan IPO di bursa saham New York yang diperkirakan bernilai tiga miliar dolar AS.
Adapun Hong Kong merupakan pusat peningkatan modal terbesar dunia dalam 10 tahun terakhir. Hong Kong ingin menghidupkan kembali daya tariknya dan akan mengumumkan rencana untuk mengizinkan saham kelas ganda untuk menarik IPO perusahaan teknologi Cina.
Berdasarkan data Thomson Reuters, pada 2017 Hong Kong mengumpulkan modal equitas sebesar 32,8 miliar dolar AS. Jumlah tersebut merupakan yang terendah sejak 2008 ketika terjadi krisis keuangan global.
Dari jumlah tersebut, IPO menyumbang 10,9 miliar dolar AS yang membuat Hong Kong berada di peringkat keempat secara global di belakang New York Stock Exchange, Burasa Efek Shanghai, dan Bursa Efek Nasional Mumbai.