REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani meremehkan aksi demonstrasi yang menentang pemerintahannya. Demonstrasi yang telah berjalan selama lima hari ini berujung kekerasan dan telah menewaskan sedikitnya 12 orang.
"Bangsa besar kita telah menyaksikan sejumlah insiden serupa di masa lalu dan telah menangani mereka dengan nyaman. Ini bukan apa-apa," katanya dalam sebuah pertemuan dengan parlemen Iran pada Senin (1/1).
Seperti dilaporkan CNN, Selasa (2/1), Rouhani meminta pemerintahannya untuk tetap tenang berkaitan dengan demonstrasi spontan yang telah meluas tersebut.
Rouhani mengakui rakyat Iran memiliki hak untuk melakukan demonstrasi secara legal, namun dia juga mendesak bahwa persatuan nasional sebagai langkah pertama dan paling penting dalam tahap ini.
Dalam gelombang demonstrasi besar-besaran ini juga terjadi pemadaman internet yang signifikan yang dilaporkan terjadi di seluruh penjuru Iran pada Senin siang.
Beberapa pengguna mengatakan, hal itu akan dilakukan lagi untuk meredam demonstrasi. Kementerian Informasi Iran mengatakan, para agitator yang mengganggu telah diidentifikasi dan ditangkap. Pihaknya juga memperingatkan bahwa orang-orang yang berpartisipasi dalam kegiatan ilegal akan ditangani dengan serius.
Baca juga, Ada yang Berbeda dalam Demonstrasi Iran Kali Ini.
Sementara itu Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendukung para demonstran. Dan wakilnya Mike Pence juga ikut mencuitkan dukungannya. "kami tidak akan mengecewakan mereka," ujarnya.
Namun komentar mereka langsung ditanggapi oleh Rusia. Menurut Moskow aksi demonstrasi tersebut adalah urusan internal bagi Iran, dan gangguan eksternal tidak dapat diterima.