REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setiap perubahan politik selalu diperhatikan. Kami tidak pasif, tidak hanya menjadi penon ton yang menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Dengan kuasa Allah, kami adalah aktor utama dan strategis yang selalu diperhitungkan. Kalau bukan karena Allah mendukung pergerakan, perjuangan, dan kekuatan kita, maka sungguh permasalahan Palestina akan berlalu, dilupakan, dan diremehkan sejak lama.
Itulah amanah pejuang Palestina Syekh Ahmad Yasin kepada para pejuang Palestina semasa hidupnya (Tsabit Mahmud al-'Asymuri: 2009). Brigade al-Qassam menjadi benteng terakhir harapan Palestina meraih kemerdekaan. Di tangan mereka, cita-cita meraih kedaulatan Palestina terus diperjuangkan.
Persenjataan yang mereka miliki tak sebanding dengan Israel Defence Force (IDF). Al-Qassam lebih mengandalkan kemampuan personel daripada teknologi. Mereka biasanya menutup wajah dengan sorban ataupun penutup wajah hitam. Brigade al-Qassam dilengkapi dengan 'senjata' utama mereka, yaitu harapan umat Islam dunia dan kemaslahatan masyarakat mempertahankan Palestina.
Meski banyak tantangan dan kelemahan, mereka tetap mengangkat senjata, mencatat, dan memperhitungkan setiap perubahan yang terjadi sejak lama. Semuanya harus ditanamkan dalam ruh masing-masing masyarakat Palestina. Jiwa melawan penjajahan harus selalu mengalir dalam darah yang mengalir di tubuh. Demikian pesan pimpinan Brigade al-Qassam sebagaimana tertulis dalam portal alqassam.net.
Awal pembentukan brigade ini bermula pada semangat Syekh Ahmad Yassin, Dr Ibrahim al-Maqadema, Syekh Salah Syahida, dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka mempersiapkan pembentukan organisasi bersenjata untuk melawan Israel yang makin brutal merebut tanah Palestina pada 1984. Upaya mereka mengumpulkan senjata dan melatih para prajurit tak mudah dilakukan. Militer Israel kerap menangkap kelompok ini dan menyita senjata.
Peristiwa ini menjadi ibrah ber harga bahwa perjuangan harus dilakukan dengan gerakan perlawanan yang tidak diketahui banyak orang. Dua tahun kemudian, Syekh Syahida menghimpun sekelom pok massa perlawanan bernama al- Mujahidin al-Filistin. Hingga 1989, mereka bergerak melawan prajurit IDF. Operasi mereka yang paling terkenal adalah penculikan dua militer Israel: Ilan Sadoon dan Avi Sasbortas, sebagaimana tertulis dalam portal alqassam.net.
Dua tahun sebelum itu Hamas didirikan beserta dua sayap militernya, Brigade Izzuddin al-Qassam dan Majd. Suasana baku tembak sangat terasa melalui Intifadah Palestina (1987-1994) melawan pendudukan zionis.
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Pertama, menghidupkan dan menjaga semangat jihad perlawanan ma sya rakat Palestina dan dunia. Kedua, mem pertahankan Palestina dan tanah mereka dari pendudukan zionis Israel. Ketiga, memerdekakan Palestina Sejak dibentuk, Brigade al-Qassam menjadi simbol perlawanan tiada henti.