Kamis 04 Jan 2018 04:12 WIB

Kerja Sama PTPN Buat Resah Pengelola Pemandian Ciwalini

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Gita Amanda
pemandian air panas Ciwalini
Foto: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
pemandian air panas Ciwalini

REPUBLIKA.CO.ID, CIWIDEY -- Pengelola pemandian air panas Ciwalini di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung dan sebagian pedagangnya resah dengan kerja sama yang dilakukan manajemen Pusat Koperasi Karyawan (Puskopkar) PTPN VIII dengan PT Graha Tunggal Elektronika. Sebab, mereka khawatir akan terjadi perubahan pengelolaan dan mengancam keberadaan pengelola terdahulu dan pedagang.

"Kami sama sekali tidak dilibatkan saat kerja sama tersebut dilakukan. Tiba-tiba, 27 Desember 2017 lalu orang dari perusahaan itu mulai masuk ke sini dan memasang pintu tiket elektronik," ujar Herman, Humas dan Informasi di objek wisata alam Pemandian Air Panas Ciwalini, Rabu (3/1).

Bahkan katanya, pada 24 Desember mereka datang dengan pengawalan puluhan polisi bersenjata lengkap. Ia mengaku hingga saat ini dirinya tidak mengetahui isi kerja sama tersebut. Selain itu, pihaknya belum merasakan dampak negatif dari kerjasama tersebut.

Namun, ke depan dikhawatirkan akan muncul kebijakan yang merugikan pengelola saat ini dan pedagang. Herman mengaku belum tahu dampak kerja sama tersebut termasuk soal posisinya. Selain itu para pedagang resah jika mereka nanti akan diusir dari tempat yang sudah berpuluh puluh tahun ditempati.

"Mereka ini (pedagang) sama sama merintis, warga asli dan pegawai perkebunan, bahkan sampai saat ini juga ada yang masih aktif bekerja di perkebunan," ungkapnya.

Menurutnya, selama ini pemandian air panas Ciwalini relatif bagus. Di mana, meski tidak ditargetkan oleh perusahaan namun setiap tahun pendapatan terus meningkat. Seperti pada 2017 lalu pendapatan mencapai Rp 4.9 miliar.

"Kalau ada dugaan kecurangan atau kebocoran di internal di PTPN VII kami diperiksa oleh Satuan Pengawas Internal (SPI) dan Badan Pemeriksa," katanya.

Salah seorang pedagang di dalam lokasi kolam air panas Walini, Dedi Permana (52 tahun) mengaku khawatir suatu saat disingkirkan dari tempat itu. Padahal, katanya kios yang ditempatinya satu satunya tempat mencari nafkah.

"Kami lihat contoh yang sudah terjadi di tempat lain di Rancabali ini. Pedagang lama dengan sendirinya terusir dari tempat usahanya," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement