REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Keputusan sepihak Amerika Serikat (AS) yang mengklaim ibukota Israel adalah Yerusalem atau Al-Quds telah memicu kembali krisis Israel-Palestina. Reaksi protes dan kecaman keras pun dilayangkan warga Palestina dan dunia kepada AS.
Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ahyudin mengatakan, peristiwa di Palestina telah memicu konsolidasi filantropi yang kuat dari rakyat Indonesia. Empati dan kepedulian bangsa Indonesia untuk Palestina kembali disalurkan oleh ACT.
"Bantuan kemanusiaan yang lebih masif berupa 10.000 ton beras untuk warga Palestina segera dilayarkan melalui Program Kapal Kemanusiaan," kata Ahyudin melalui keterangan tertulis kepada Republika.co.id, Rabu (10/1).
Ia menambahkan, tidak hanya bantuan beras, bantuan pangan lain seperti gula dan tepung juga diangkut oleh Kapal Kemanusiaan ke Palestina. Bantuan pangan menjadi prioritas pengiriman bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Sebab, pangan menjadi kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan dan mendesak oleh warga Palestina.
Ia menerangkan, pasang surut tindakan represif sepihak Israel berupa tindakan represif langsung maupun melalui lobi zionisme, dari tahun ke tahun semakin memperburuk kondisi warga Palestina. Kondisi yang semakin buruk tidak hanya di Yerusalem Timur, tapi juga di Gaza.
"Berpuluh tahun, meski (warga Palestina) berada di tanah airnya sendiri, mereka hidup dalam serba keterbatasan," ujarnya.
ACT menginformasikan, populasi di Gaza saat ini berkisar 2 juta jiwa. Lebih dari 80 persen warganya hidup dalam kesulitan ekonomi, sosial dan pangan. Sejauh ini mereka hidup serba terbatas dan mengandalkan bantuan dari dunia luar. Hingga kini, lebih dari 200 ribu keluarga di Gaza memerlukan bantuan kemanusiaan. Diperkirakan volume 10 ribu ton bantuan pangan tersebut mampu memberi dukungan logistik bagi warga Palestina yang membutuhkan.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement