REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Materi lawakan dua komika yaitu Joshua Suherman dan Ge Pamungkas diduga menyudutkan umat Islam di Indonesia. Bahkan lontaran Ge Pamungkas yang diduga mengolok-ngolok ayat Alquran sangat disayangkan Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris. Menurut Fahira, figur publik harusnya lebih rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang mumpuni dalam menyampaikan kritik sosial dalam lawakan-lawakannya.
"Saya sudah lihat videonya. Saya mau tegaskan bahwa menjadikan agama dan ayat suci bahan tertawaan tak membuat Anda berdua terlihat lucu apalagi pintar. Kritik sosial Anda bukan hanya keliru tetapi kebablasan," ujar Fahira Idris dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/1)
Oleh karena itu, Fahira Idris menyarankan agar kedua komika tersebut, dengan rendah hati mengakui kesalahannya. Mereka juga harus meminta maaf secara terbuka ke seluruh umat Islam. Kemudian mengikuti proses hukum jika memang kasus ini dibawa ke ranah hukum.
Fahira mengungkapkan, humor atau komedi dalam berbagai bentuk penyampaiannya baik lewat penampilan, tulisan, grafis, dan video serta media lainnya merupakan salah satu sarana yang sebenarnya efektif untuk menyampaikan kritik sosial. Namun jika penyampai, penutur, atau kreatornya punya pengetahuan yang cukup sebagai dasar untuk berkarya. Pengetahuan tersebut bukan hanya didapati dari sumber bacaan tetapi juga turun langsung ke lapangan dan ke komunitas-komunitas.
"Sehingga materi yang disampaikan bukan berdasarkan referensi sikap dan imajinasi pribadi, tetapi faktual dan tidak merendahkan," tambahnya.
Menurut Fahira, jika kedua komika ini memang berkomitmen ingin sampaikan kritik sosial lewat lawakan-lawakannya, disarankan sering turun ke komunitas-komunitas terpinggirkan di Jakarta. Misalnya melihat kondisi korban gusuran di rumah-rumah susun atau kondisi nelayan yang terdampak reklamasi dan kondisi komunitas terpinggirkan lainnya. Banyak ketimpangan dan ketidakadilan di Jakarta dan di Indonesia ini yang bisa dijadikan materi kritikan sosial lewat stand up comedy.
Lanjut Fahira, kalau memang ingin serius sampaikan kritik sosial, saksikan langsung ketimpangan yang terjadi. "Namun, siap-siap juga menghadapi konsekuensinya. Menjadikan agama bahan tertawaan sama sekali tidak ada nilai kritik sosial apalagi nilai kreativitas, tutup Senator asal DKI Jakarta ini.