Kamis 11 Jan 2018 05:09 WIB

Nasihat untuk Komika Joshua dan Ge Pamungkas

Ge Pamungkas dalam acara perilisan trailer film Susah Sinyal di Jakarta, Rabu (5/12).
Foto: Republika/Hartifiany Praisra
Ge Pamungkas dalam acara perilisan trailer film Susah Sinyal di Jakarta, Rabu (5/12).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Mabruroh, Arif Satrio, Hartifiany Praisra

Melawak itu harus hati-hati. Komika dan pelawak, tidak cuma Joshua dan Ge Pamungkas, jangan mengolok-olok dan menghina agama karena itu menyangkut kepercayaan manusia.

Dua komika terkenal, Joshua Suherman dan Ge Pamungkas, tersandung masalah dugaan penghinaan terhadap agama Islam. Lawakan keduanya dinilai mengolok-olok dan menyudutkan agama Islam.

Ketua Umum Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Rahmat Himran yang melaporkan Joshua dan Ge Pamungkas ke Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri pada Selasa (9/1). Menurut Rahmat, ada kalimat Joshua dan Pamungkas yang melecehkan Islam.

Kalimat Joshua yang dianggap melecehkan, terang Rahmat, yaitu saat pelantun lagu 'diobok-obok 'itu membanding-bandingkan penyanyi Anisa Cherrybelle dengan Sherrly Cherrybelle. Joshua mengatakan, Anisa lebih unggul karena Anissa beragama Islam.

Kemudian, kata Rahmat, di akhir kalimat Joshua menyebut bahwa sesuatu yang tidak dapat dikalahkan di negara ini yaitu mayoritas, dalam hal ini Islam.

"Itulah penggalan kata yang kemudian yang membuat umat Islam geram terhadap Joshua di stand up comedy tersebut," ujar Rahmat.

Rahmat mengatakan, ucapan Joshua tersebut berpotensi memunculkan isu SARA. Dalam laporan tersebut, Rahmat membawa barang bukti berupa video sekaligus kecaman dari warganet di Whatsapp, Facebook, maupun Youtube.

Untuk kasus Ge Pamungkas melakukan stand up comedy dalam sebuah acara promosi film. Berikut ini penggalan materi stand up comedy Ge Pamungkas yang dianggap telah melecehkan agama:

Twitter sekarang (isinya) sudah politik, agama, politik, agama, sudah engga asik lagi.

Nih, dulu nih Jakarta banjir, apa coba netizen-netizen itu? Wih, Jakarta banjir. Ini gara-gara *** ini. Ini adalah azab kita punya gubernur.

Ucapan Ge ini langsung disambung gelak tawa penonton dalam acara tersebut.

Nih, potong kuping gue. Nih, sekarang Jakarta banjir, beda omongannya.

Wah, ini adalah cobaan dari Allah SWT.

Ini cobaan. Sesungguhnya Allah akan memberikan cobaan kepada orang yang Dia cintai. Cintai apaan? Itu ada genangan, cobaan. Stres banget gue.

Atas laporan ini, Bareskrim Polri masih mempelajari laporan yang dilayangkan Rahmat Himran. Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan kepolisian akan melakukan standar operasional prosedur untuk menindaklanjuti laporan tersebut. Salah satunya, meminta pendapat ahli.

Langkah itu ditempuh untuk menemukan adanya dugaan unsur pidana dan menentukan apakah proses penyelidikan dapat ditingkatkan ke tahap penyidikan atau tidak. "Kami lakukan pemeriksaan ahli-ahli, pendapat ahli," ujar Martinus.

Pesan untuk komika muda

Anggota DPD Fahira Idris menyesalkan adanya penghinaan dan olok-olok terhadap agama Islam ini. Figur publik, kata fahira, harusnya lebih rendah hati dan mempunyai pengetahuan yang mumpuni dalam menyampaikan kritik sosial dalam lawakan-lawakannya.

"Saya sudah lihat videonya. Saya mau tegaskan bahwa menjadikan agama dan ayat suci bahan tertawaan tak membuat Anda berdua terlihat lucu, apalagi pintar. Kritik sosial Anda bukan hanya keliru tetapi kebablasan," ujar Fahira, Rabu (10/1)

Humor atau komedi dalam berbagai bentuk penyampaiannya baik lewat penampilan, tulisan, grafis, dan video serta media lainnya merupakan sarana efektif untuk menyampaikan kritik sosial. Namun, jelas Fahira, jika penyampai, penutur, atau kreatornya mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai dasar untuk berkarya.

Pengetahuan tersebut bukan hanya didapati dari sumber bacaan tetapi juga turun langsung ke lapangan dan ke komunitas-komunitas. "Sehingga materi yang disampaikan bukan berdasarkan referensi sikap dan imajinasi pribadi, tetapi faktual dan tidak merendahkan," kata Fahira.

Menurut Fahira, jika kedua komika ini memang berkomitmen ingin sampaikan kritik sosial lewat lawakan-lawakannya, disarankan sering turun ke komunitas-komunitas terpinggirkan di Jakarta. Misalnya, melihat kondisi korban gusuran di rumah-rumah susun atau kondisi nelayan yang terdampak reklamasi.

Fahira Idris menyarankan agar kedua komika tersebut dengan rendah hati mengakui kesalahannya. Mereka juga harus meminta maaf secara terbuka ke seluruh umat Islam. Kemudian, mengikuti proses hukum jika memang kasus ini dibawa ke ranah hukum.

Pelawak senior, Tarzan, menanggapi kasus penodaan agama oleh dua komika ini dengan serius. Anggota grup lawak Srimulat ini menyampaikan melawak sekalipun membutuhkan kehati-hatian, jangan sampai lepas kontrol.

"Saya yakin jika itu salah, maka tidak ada unsur kesengajaan, karena dia anak berpendidikan. Tidak mungkin sengaja menjelek-jelekan suatu agama," kata Tarzan, Rabu (10/1).

Meski belum melihat video yang dituduhkan, Tarzan menyampaikan bahwa manusia tidak bisa lepas dari kesalahan. Kalau dianggap salah, kata Tarzan, sebagai teman ia meminta maaf atas kecelakaan ini dan agar bisa memaafkan kedua komika ini. Kalau salah, mereka bisa diultimatum agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

Sejumlah pelawak lain meminta agar para komika dan pelawak untuk lebih berhati-hati dalam menyampaikan lawakannya. Bahan-bahan terkait sentimen agam apapun harus dihindari mengingat hal itu menyangkut kepercayaan manusia.

Pendapat GP Anor

Joshua sendiri sempat menyambangi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) GP Ansor untuk meminta pendapat atas kasus ini. LBH GP Ansor meminta Joshua tak terbebani pelaporan atas dugaan penistaan agama di Bareskrim Polri.

Prinsipnya pimpinan Ansor dan LBH memberi saran dan masukan ke Joshua dan Ge Pamungkas. "Jangan merasa terganggu, terhambat kreativitasnya untuk berkomik," kata Direktur Advokasi dan Litigasi LBH GP Ansor Achmad Budi Prayoga, Rabu (10/1).

Sebab, menurut dia, lawakan Joshua dan Ge Pamungkas tak menyinggung hukum, HAM atau agama. Terkait upaya minta maaf pada publik, Achmad memastikan Joshua dan Ge Pamungkas tak perlu melakukan hal itu.

Ia menilai tak ada kesalahan apapun yang dilakukan kliennya itu. "Setiap hari dalam forum diskusi kita menyebut Islam dan agama lain, tapi ini konteksnya tak menyinggung, tak menistakan," ujar Achmad.  (Umi Nur Fadilah).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement