Kamis 11 Jan 2018 14:00 WIB

Alquran di Hati Abbad Bin Bisyir

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto: saharamet.org
Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat pembagian harta rampasan perang Abbad sulit ditemukan. Pada tahun keempat Hijriyah, Madinah mendapat ancaman pertahanan baik dari dalam maupun dari luar. Saat itu Bani Ndir yang dikenal sebagai suku Yahudi memutuskan kesepakatan dengan Rasulullah. Bahkan mereka membuatrencana untuk membunuh Rasulullah. Akibat ulah mereka, umat Islam mengusir mereka tepat pada bulan Safar. Dua bulan setelah itu umat Islam mengalami masa kesulitan. Mereka ketika itu membutuhkan bantuan pertahanan untuk memperkuat keutuhan wilayah.

Rasulullah kemudian mendapat kabar bahwa berbagai suku dari Najd berencana menyerang Madinah. Untuk mengatasi serangan tersebut Rsulullah mengumpulkan kekuatan pasukan dengan empat ratus orang. Ketika itu Usman bin Affan bertanggung jawab untuk menjaga kota Madinah.

Salah seorang tentara Madinah yang masyhur adalah Abbad bin Bisyir. Sesampainya di Najd, Rasul dan tentaranya hanya menemukan pemukiman yang kosong. Di daerah tersebut hanya tersisa wanita. Ternyata mereka yang memusuhi Rasul bersembunyi di bukit.

Kemudian waktu shalat Ashar tiba, Rasul Khawatir suku yang memu suhinya akan menyerang saat mereka sedang melaksanakan shalat. Ke mudian Rasul mengatur pasukannya menjadi dua kelompok dan melakukan shalat di sebuah tempat.

Bersama satu kelompok Rasul melaksanakan satu rakaat. Sementara kelompok lainnya berdiri berjagajaga. Saat rakaat kedua, kelompok yang shalat mengubah posisi. Setiap kelompok menyelesaikan shalatnya dengan satu rakaat setelah Rasul selesai.

Saat melihat barisan Muslim berbaris rapih, musuh Islam merasa tkut dan tidak nyaman. Dalam perjlanan pulang, Rasul dan pasukannya kemudian berkemah di sebuah lembah untuk bermalam. Saat kelompok Muslim mengikat untanya, Rasulullah bertanya siapa yang akan menjadi penjaga malam itu.

Abbad bin Bisyir dan Ammar bin Yas kompak menjawab bersedia berjaga. Keduanya memang telah dipasangkan oleh Rsulullah sebagai saudara dari Muhajirin dan Anshar saat Rasulullah tiba di Madinah.

Diserang

Abbad dan Ammar pergi ke mulut lembah untuk menjalankan tugas. Abbad melihat bahwa saudara lakilakinya sudah lelah, dan bertanya kepadanya, "Bagian malam mana yang Anda ingin tidur pertama atau yang kedua?" kemudian Ammar menjawab, dirinya akan tidur pada bagian pertama.

Malam itu cerah, tenang dan dmai. Bintang-bintang, pepohonan, dan bebatuan semua tampak diam. Ab bad merasa tenang. Tidak ada gerak an, tidak ada tanda yang mengan cam. Mengapa tidak mengha biskan waktu dalam ibadah (ibadah) dan membacakan Al quran? Betapa me nyenangkannya untuk menggbungkan salat dengan membaca Alqur an dan menghayati makna yang terkandung di dalam setiap ayat.

Sebenarnya Abbad terpesona oleh Alquran sejak pertama kali dia mendengarnya dibacakan oleh suara lembut Musab bin Umair. Itu terjadi sebelum Hijrah ketika Abbad baru berusia sekitar lima belas tahun. Alquran telah mendapat tempat khusus di dalam hatinya. Siang dan malam dia selalu mengulang bacaan Alquran hingga dikenal sebagai sahabat Alquran.

Setelah dia mendirikan shalat dan membacakan sebuah surah setelah Alfatihah sebuah anak panah menancap di pangkal lengannya. Maka dicabutlah anak panah itu dan melanjutkan shalatnya.

Tidak lama anak panah kedua mendesing dan mengenai anggota badannya yang lain. Dia tetap berusaha khusyuk tanpa menghentikan shalatnya. Hanya mencabut anak pnahnya dan melanjutkan bacaan shalatnya.

Musuh kemudian memanah untuk ketiga kalinya. Abbad kembali menarik anak panah tersebut dan mengakhiri bacaan shalatnya lalu ruku dan sujud. Dia tetap menyelesaikan shalatnya meski dengan tenaga yang semakin lemah dan menahan sakit.

Saat duduk di antara dua sujud, dia mengulurkan tangannya kepada Ammar yang sedang tertidur disampingnya dan ditariknya sampai terbangun. Setelah itu dia bangkit dari sujudnya dan membaca tasyahud dan menyelesaikan shalatnya.

Ammar kemudian bangun dan mendengar suara kawannya terputus-putus karena menahan sakit. "Gantikan aku berjaga karena aku telah terkena panah." Ammar segera bangun dari tidurnya dan musuh pun melarikan diri.

Ammar pun bertanya mengapa tidak membangunkannya saat tembakan panah yang pertama. Ketika aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Alquran yang amat mengharukan hati, hingga aku tak ingin menghentikannya.

Demi Allah, aku tidaklah akan menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasul kepada kita menjaganya, sungguh, aku lebih suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu.

Abbad dikenal amat mencintai Allah, rasul, dan agamanya. Kecintaan itu memenuhi segenap perasaan dan seluruh hidupnya. Sejak peristiwa itu, Rasulullah membicarakan kelompok Anshar dan Abbad menjadi bagian dari mereka.

Rasulullah berkata, "Hai Golongan Anshar, kalian adalah inti, sedangkan golongan lain adalah kulit ari, maka tidak mungkin aku diciderai oleh kalian." Sejak mendengar perkataan Rasulullah tersebut, Abbad rela menyerahkan harta benda, nyawa dan hidupnya di jalan Allah dan Rasul-Nya. Sehingga setiap medan pertempuran, dia akan muncul menjadi orang yang pertama di depan pasukan.

Namun saat pembagian harta rampasan perang Abbad sulit ditemukan. Abbad juga dikenal sebagai ahli ibadah yang tekun. Dia juga gigih saat berjuang, dan dermawan. Oran-gorang Islam angkatan pertama mengetahui bahwa Abbad adalah seorang yang mendapat karunia cahaya dari Allah. Penglihatannya yang jelas dan menjadi pengganti penerangan.

Dia dapat mengetahui tempat-tempat yang baik dan meyakinkan tanpa mencarinya dengan susah payah. Bahkan shahabat-shahabatnya percaya matanya dapat melihat benda-benda yang sulit terlihat. Jika Abbad berjalan di waktu malam, terlihatlah berkas-berkas cahaya dan sinar yang menerangi jalan yang akan ditempuh

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement