Senin 15 Jan 2018 16:10 WIB

Temui Sandi, Airin Minta Jalur MRT Diperpanjang ke Tangsel

Rep: Sri Handayani/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja beraktivitas di terowongan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Stasiun Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta, Kamis (26/10).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Pekerja beraktivitas di terowongan proyek Mass Rapid Transit (MRT) Stasiun Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta, Kamis (26/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany bertemu dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno. Dalam kesempatan itu, Airin meminta agar jalur mass rapid transit (MRT) yang kini terhenti di Lebak Bulus dapat dilanjutkan sampai ke wilayahnya.

"Permintaan warga dan saya dan juga Pemkot berharap bahwa Terminal Lebak Bulus berganti menjadi intinya (depo, rep) MRT. Harapan kami MRT tidak berhenti sampai di Lebak Bulus tapi bisa dilanjut Pasar Jumat, Ciputat, dan sekitarnya," kata Airin di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (15/1).

Saat ini, Airin masih menunggu kajian kelayakan atau feasibility study (FS) dari PT MRT Jakarta. Ia berharap tidak ada hambatan berarti, sehingga proyek tersebut dapat segera dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

"Time table juga sudah disepakati bersama. dan mudah-mudahan tidak ada halangan apapun sehingga LRT atau MRT atau moda transportasi massal bisa masuk ke wilayah Tangerang Selatan yang terhubung dengan DKI Jakarta," kata Airin.

Sandiaga merespons cepat permintaan tersebut. Ia memutuskan bahwa PT MRT Jakarta akan menjadi pemrakarsa untuk merealisasikan impian itu.

Studi kelayakan akan dilakukan tahun ini. Program itu akan dilaksanakan dengan skema kemitraan antara pemerintah dan badan usaha (KPBU).

"Mulai 2018/2019, sehingga eksekusinya bisa mulai berjalan di 2019," kata Sandiaga.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar mengatakan secara teknis akan ada empat skenario yang jalur yang akan dikembangkan. Adapun panjang lintasan per jalur bervariasi antara 13-20 kilometer.

Pria yang akrab disapa Willy ini kembali menyatakan, studi kelayakan akan dilaksanakan pada 2018. Dari situ akan diketahui skenario mana yang paling tepat untuk proyek ini.

"Akan dipilih jalur mana atau skenario mana yang paling ekonomis atau paling feasible. Kemudian juga akan dilihat dari jalur itu pilihannya seperti apa, jumlah penumpang yang akan diangkut seperti apa karena tadi seperti dikatakan apakah ini jalur yang tepat MRT atau LRT atau yang lain," ujar dia.

Menurut Willy, study kelayakan untuk jalur Lebak Bulus-Tangerang Selatan baru akan dilaksanakan untuk pertama kalinya. Ia menunggu penetapan PT MRT Jakarta sebagai penanggung jawab proyek kerja sama (PJPK) untuk dapat melaksanakan kajian tersebut.

"Tadi yang disepakati adalah PJPK itu akan diberikan kepada MRT dan MRT yang akan melaksanakan FS. Jadi dari sisi MRT kami menunggu keputusan. Begitu PJPK diberikan, kami akan mendorong untuk melaksanakan FS. FS-nya tahun ini," kata dia.

Dalam studi tersebut akan dilihat kelayakan proyek dari sisi ekonomi. Sebab, skema kerja sama yang akan dipakai adalah business to business (B2B).

Selain perpanjangan jalur MRT, Airin juga meminta bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI untuk memperlebar ruas jalan dari Cirendeu hingga Pondok Cabe. Hal itu dilakukan untuk mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Langkah ini dirasa penting sebab 50 persen warga Tangerang Selatan bekerja di wilayah DKI.

Sandiaga mengatakan ini akan diusulkan ke Kepala Biro Tata Pemerintahan (Tapem) Premi Lasari pada Februari nanti. Ia berharap dapat anggaran dapat dialokasikan pada 2019.

"Diharapkan bisa dianggarkan di 2019, dana jika disetujui oleh teman-teman di dewan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Airin juga menyampaikan laporan keuangan terkait bantuan pembiayaan dari Pemprov DKI. Dana itu diberikan untuk program Tandon Ciater dan Terminal Lebak Bulus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement