Kamis 18 Jan 2018 14:00 WIB

PBNU Minta Umat Beragama Bantu Warga Asmat

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Suku asmat Papua
Foto: Indonesia Travel
Suku asmat Papua

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Marsudi Syuhud mengatakan bahwa semua umat beragama di Indonesia wajib membantu masyarakat yang terkena dampak kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat, Papua. Ia berharap semua umat, termasuk pengurus NU di Papua untuk membantu memecahkan persoalan di wilayah timur Indonesia ini.

"Saya mengharapkan pertama untuk NU yang di sana juga segera ikut memecahkan persoalan itu dan juga umat-umat lainnya," ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (18/1).

 

Namun, lanjut dia, yang paling wajib membantu adalah pemerintah. Karena, menurut dia, dengan adanya kejadian luar biasa tersebut berarti selama ini pemerintah telah lalai, khususnya pemerintah yang ada di daerah.

 

"Sampai terjadi begitu berarti ada kealaian dari pemerintah. Pemerintah pusat mungkin jauh, tapi pemerintah setempat apa memang tidak ada informasi yang masuk sama sekali?," ucapnya Ketua BidangKerukunan Umat Beragama MUI ini.

 

Marsudi mengatakan, bencana kemanusiaan yang terjadi di Asmat merupakan kewajiban bagi semua pihak tanpa memandang suku, ras, atau pun agama. Karena itu, tidak sedikit lembaga filantropi Islam yang juga menerjunkan tim kesehatan ke Kabupaten Asmat.

 

"Kalau sudah menyangkut kemanusiaan itu tidak usah dilihat siapa mereka, agamanya apa, keyakinannya apa, kepercayaannya apa. Untuk membantu kemanusiaan semacam ini itu tidak dilihat kayak gitunya," katanya.

 

Seperti diketahui, sebelumnya kabar buruk tentang meninggalnya puluhan anak karena disebabkan gizi buruk dan campak di Kabupaten Asmat belakangan ini mengejutkan dunia. Seluruh pihak bersedia mengulurkan tangan, termasuk lembaga-lembaga filantropi Islam dan juga organisasi kemanusiaan.

 

Tercatat setidaknya sudah ada 67 anak yang meninggal di Kabupaten Asmat sejak September 2017 lalu hingga saat ini. Namun, jumlah tersebut kemungkinan semakin bertambah.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement