Kamis 18 Jan 2018 17:29 WIB

IABIE Siap Beri Rekomendasi Hadapi Inovasi Disruptif

Inovasi disruptif diharapkan dapat memicu Negara berkembang mengikuti zaman.

Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie Bimo Sasongko bersama enteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Republik Indonesia (RI), Pratikno.
Foto: IABIE
Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie Bimo Sasongko bersama enteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Republik Indonesia (RI), Pratikno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai rangkaian terus dilaksanakan Ikatan Alumni Program Habibie (IABIE) untuk menjalin sinergi dengan para pemangku kepentingan dan juga penentu kebijakan di Tanah Air. Di awal tahun 2018 ini, IABIE berkesempatan untuk melakukan pertemuan singkat, namun padat dengan Menteri Sekretariat Negara (Mensesneg) Republik Indonesia (RI), Pratikno. Mereka membahas berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia.

Dalam pertemuan yang diadakan pada hari Senin (15/1) lalu,  di Gedung Utama Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Pratikno selaku Mensesneg RI menyatakan bahwa Indonesia saat ini dihadapi dengan mekarnya disruptive innovation atau inovasi disruptif pada beberapa sektor krusial seperti industri, pendidikan, dan juga transportasi. Harapannya fenomena ini harus menjadi pemicu Negara untuk dapat bertransformasi mengikuti perkembangan era global saat ini.

Inovasi disruptif adalah inovasi yang membantu menciptakan pasar baru, mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada dan pada akhirnya menggantikan teknologi terdahulu tersebut

Untuk itu, diperlukan roadmap yang tidak hanya versi 2.0 saja, bahkan harus sampai dengan versi 4.0, harus lebih jauh ke depan dan dinamis.  Disampaikan juga dalam pertemuan ini bahwa, Indonesia juga dihadapi dengan adanya tiga revolusi ilmu pengetahuan yang masif, yaitu dari sektor physics, digital, dan mathematics.

“IABIE siap untuk menjawab tantangan ini dengan mempersiapkan Dedicated Working Group, dan akan mempersembahkan roadmap jitu kepada pemerintah Indonesia”, sahut Ketua Umum Ikatan Alumni Program Habibie Bimo Sasongko, seperti dalam siaran pers, Kamis (18/1).

photo

Pratikno menyebutkan, adanya harapan Bapak Presiden Joko Widodo yang menginginkan adanya agen-agen perubahan yang tidak hanya mengangkat nilai nasional bangsa Indonesia, tapi juga dari segi agama. Sebagai contoh seorang santri pastinya nanti akan menjadi seorang kyai di masa depan. Menjadi seorang pembimbing umat dengan edukasi yang baik, dan juga memiliki global exposure yang terpandang akan menjadi seorang agen perubahan bangsa di masa mendatang.

Selain itu permasalahan High End Product harus segera ditangani agar tidak terciptanya kondisi captive market, di mana konsumen potensial memiliki keterbatasan jumlah dari supplier yang tersedia. Di sinilah pentingnya peran ikatan-ikatan alumni seperti IABIE untuk membantu dan bekerja bersama untuk menemukan solusi permasalahan bagi bangsa Indonesia.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam ini, Pratikno menyatakan, perlunya pengembangan program-program beasiswa yang dikelola oleh pemerintah, seperti LPDP. Munculnya fenomena kesenjangan sosial, di mana manfaat dari LPDP kebanyakan masih dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan dibandingkan mereka yang tinggal di daerah.

Hal ini dapat dilihat dari akses terhadap kursus dan sertifikasi bahasa seperti IELTS, TOEFL, atau TOEIC masih menjadi kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia yang ingin apply kegiatan LPDP. Pemerintah harus segera mengatasi permasalahan ini dan membuat rencana untuk memfasilitasi kebutuhan para calon penerima beasiswa studi tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement