REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyarankan agar potensi panen dan data panen padi dihitung dengan sungguh-sungguh sebelum pemerintah melakukan impor beras agar tidak menjadi polemik. "Kami tidak menolak atau menerima, sebenarnya berapa data beras yang kita miliki, kalau posisi sekarang minus maka perlu dipertimbangkan beberapa hal, yakni di mana ada panen dan kapan?" katanya di Temanggung, Ahad (21/1).
Ganjar mengatakan hal tersebut usai mengikuti gowes dalam Sport Day Temanggung dengan start dan finish di halaman Temanggung TV. "Apakah panen dalam waktu pendek ini sudah bisa mencukupi stok pangan nasional?" kata dia.
Jika memang belum bisa, Ganjar mengatakan, silakan melakukan impor, tetapi jika mencukupi maka sebaiknya tidak usah impor. "Tetapi jika di beberapa daerah stoknya kurang, apalagi panennya belum mencukupi silakan impor tetapi diberikan pada daerah yang membutuhkan. Kalau Jateng tidak butuh, sudah cukup, stoknya cukup untuk empat bulan ke depan," katanya.
Menurut Ganjar beberapa daerah di di Jateng seperti Grobogan, Kudus, dan Kendal sudah mulai panen. "Setiap hari saya mendapatkan laporan itu, tinggal dihitung saja kita proyeksi," katanya.
Ganjar menegaskan Jateng relatif cukup dan tidak perlu impor. "Tetapi kami tidak berani katakan tolak impor, kalau beberapa daerah lain tidak mencukupi siapa yang mau tanggung jawab, kecuali pemerintah ada rencana lain mengganti beras sejahtera (rastra) dengan jagung sejahtera, singkong sejahtera, ubi sejahtera," katanya.
Ganjar mengatakan dengan diversifikasi pangan mungkin stok pangan cukup, tetapi tinggal masyarakatbya biasa tidak makan seperti itu. "Kalau di Papua papeda sejahtera, kenapa kita tidak berpikir seperti itu," katanya.
Ganjar mengatakan jika beras impor masuk, jangan sampai masuk ke daerah yang sedang panen, kasihan petani. "Bulan Maret nanti diperkirakan memasuki panen raya. Pengawasan beras impor perlu dilakukan jangan sampai para pihak memanfaatkan," katanya.