REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kabupaten Sukabumi khawatir rencana pemerintah mengimpor beras akan menjatuhkan harga beras. Pasalnya, pada tiga bulan awal di 2018 ini Sukabumi mengalami surplus produksi beras.
Pada Januari, Februari, dan Maret 2018 produksi beras surplus, terang Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Sukabumi, Sudrajat kepada Republika, Senin (22/1). Pada Januari terang dia produksi beras surplus sebesar 18 ribu ton.
Produksi beras pada Januari kata Sudrajat diperkirakan mencapai 39 ribu ton. Sementara jumlah kebutuhan warga Sukabumi hanya 20 ribu ton per bulan.
Produksi yang surplus ini ungkap Sudrajat akan berlanjut pada Februari dan Maret 2018. Pada Februari surplus sebesar 157 ribu ton dan Maret sebesar 89 ribu ton.
Dari fakta ini ujar Sudrajat seharusny pemerintah tidak perlu mengimpor beras. Ia khawatir harga beras akan jatuh pada saat musim panen raya yang bersamaan dengan datangnya beras impor.
Pada saat musim panen raya harga beras biasanya jatuh, apalagi ditambah beras impor, cetus Sudrajat. Hal ini kata dia dikarenakan berlebihnya pasokan beras ke pasaran.
Bupati Sukabumi Marwan Hamami mengatakan, Sukabumi memang masih mampu mencapai surplus dalam produksi beras. Sehingga kat dia wilayahnya tidak membutuhkan pasokan beras impor.
Pemilik penggilingan padi di Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi H Atin (60) mengatakan, musim panen raya di Sukabumi akan berlangsung di akhir Januari. Pasokan beras pada panen raya akan melimpah dan biasanya penggilingan tidak bisa menampung, imbuh dia.
Oleh karena itu kata Atin, para petani di Sukabumi khawatir dengan kedatangan beras impor yang akan menambah banyak beras di pasaran. Dampaknya kata dia harga beras di pasaran akan jatuh dan petani tidak bisa mendapatkan keuntungan.
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement