Senin 22 Jan 2018 19:28 WIB

Dirut Jakpro Bantah Kejar Target Buat Prosedur LRT Terganggu

Sejak awal pembangunan pada Januari 2017, proyek ini telah mengalami percepatan

Rep: Sri Handayani/ Red: Budi Raharjo
Pekerja mengecek kondisi konstruksi proyek Light Rapid Transit (LRT) yang roboh di kawasan Jalan Raya Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (22/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja mengecek kondisi konstruksi proyek Light Rapid Transit (LRT) yang roboh di kawasan Jalan Raya Kayu Putih, Pulogadung, Jakarta Timur, Senin (22/1).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Direktur Utama (Dirut) PT Jakarta Propertindo Satya Heragandhi menampik bahwa upaya  kejar target penyelesaian pembangunan light rapid transit (LRT) membuat prosedur kerja ada yang terlewat. Menurut dia, kejar target sudah dilakukan sejak proses pembangunan ini pertama dimulai pada Januari 2017.

Ia menceritakan, Jakpro mendapatkan mandat untuk mengerjakan proyek LRT melalui peraturan presiden dan peraturan gubernur yang diterbitkan pada Oktober 2016. Proses pembangunan dilakukan pada Januari 2017, setelah dilakukan kontrak perjanjian, proses tender, dan sebagainya.

Sejak awal, proyek ini telah mengalami percepatan. Biasanya proyek pembangunan LRT dilakukan secara jangka panjang dalam waktu empat tahun. Namun, proyek ini ditargetkan dapat selesai dalam waktu 1,5 tahun.

Meski mengalami percepatan waktu lebih dari 50 persen, Satya mengatakan secara prosedur proses pembangunan tetap terjaga. Hal ini diimbangi dengan pelaksanaan proyek secara paralel. "Jadi misalnya kalau empat tahun pakai alatnya cuma satu, Anda lihat alatnya ada empat," kata dia.

Dalam prosesnya, Jakpro mengklaim telah memprioritaskan unsur keamanan dan kualitas dalam proyek LRT. Selain pemasangan alat-alat pengaman seperti hand drill, setiap pekerja juga diwajibkan menggunakan alat pelindung diri atau (APD) seperti sepatu boot, rompi, dan sebagainya.

"Makanya kalau tadi ke lokasi, kelihatan bahwa korban bisa diminimalkan karena adanya peralatan safety yang terpasang," kata dia.

Satya mengatakan, Jakpro menerapkan standar yang tinggi bagi para pekerja. Pekerja yang ketahuan tidak menggunakan APD akan mendapatkan peringatan atau dikeluarkan dari proyek.

Ia juga mengatakan kondisi para pekerja cukup baik meskipun dikejar target dan bekerja dalam cuaca yang ekstrem. Ia meminta media untuk bertanya langsung kepada para pekerja apakah mereka mendapatkan upah yang layak, jaminan kesehatan, dan fasilitas lainnya. "Kondisi pekerja sejauh ini hepi-hepi saja," kata dia.

Untuk mengurangi tekanan yang diterima para pekerja, PT Wijaya Karya (Wika) Tbk sebagai rekanan Jakpro menambah jumlah pekerja dan sesi kerja (shift) sesuai dengan kebutuhan. Ada pekerjaan yang membutuhkan dua shift dan tiga shift.

Satya mengatakan, saat ini pekerjaan terkait sipil telah berkurang. Pemasangan box girder, kata Satya, merupakan pekerjaan terakhir. Ia mengklaim proses ini dilakukan oleh tim terpercaya yang telah berpengalaman memasang girder di lokasi lain dengan benar dan rapi. "Makanya kami juga menyesalkan, sangat kaget kenapa kok ini bisa terjadi," kata dia.

Satya berharap insiden jatuhnya box girder proyek LRT tak mengganggu target keseluruhan pencapaian Asian Games 2018. Ia mengatakan akan mengejar target tersebut sembari mempertahankan sisi keamanan dan kualitas infrastruktur yang dihasilkan.

"Jadi pokoknya kita bisa bereskan, saat Juli mulai dioperasikan. Jadi semaksimal mungkin kita lakukan apa namanya dengan standar safety dan quality tertinggi," kata Satya kepada Republika, Senin (22/1).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement