REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Buku ini menjelaskan panjang lebar mengenai ketidakterpisahan antara agama dan sains, keunggulan sains Islam, dan harapan membangkitkannya.
Setelah Kesultanan Usmani tak lagi berkuasa pada abad ke-20, umat Islam mengalami keterpurukan.Mereka terpecah menjadi beberapa negara. Mereka semakin sulit untuk bersatu, meskipun sejumlah gerakan, seperti panislamisme al-Afghani, terus disuarakan
Kemunduran lainnya terlihat di bidang sains. Karena tak berpendirian, umat Islam hanya bisa membeo barat dalam perkembangan sains. Bukan semakin maju seperti barat, dengan membeo barat dalam bidang sains, umat Islam justru semakin terpuruk. Paham sekularisme mengakibat kan mereka berpandangan dikotomis, jauh dari upaya saintifik para intelektual Islam dahulu yang tak pernah memisahkan agama dengan sains.
Ulama dan pemerhati dunia Islam meresahkan fenomena tersebut. Mereka menggelar konferensi internasional tentang pendidikan Islam di Makkah pada 1977. Forum tersebut dihadiri sejumlah intelektual, seperti Syed Naquib al-Attas, Seyyed Hossein Nasr, dan banyak lagi.
Pertemuan itu membahas langkah strategis apa yang harus ditempuh untuk membangkitkan tradisi keilmuan Islam yang terpuruk.
Buku intelektual Islam Osman Bakar berjudul Tawhid and Science adalah salah satu upaya mewujudkan impian kaum intelektual Islam yang menghadiri konferensi 1977 itu.Buku ini menjelaskan panjang lebar mengenai ketidak terpisahan antara agama dan sains, keunggulan sains Islam, dan harapan membangkitkannya.