REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Reni Marlinawati mengatakan mengutuk keras kekerasan dan penganiayaan yang menimpa Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah Cicalengka, Bandung Barat, KH Umar Basri. Apalagi penganiayaan dilakukan saat kiai tengah melakukan zikir usai melaksanakan ibadah Shalat Subuh Sabtu (27/1)) lalu.
Reni meminta masalah tersebut menjadi perhatian aparat kepolisian. "Kami secara khusus meminta Polda Jawa Barat memberi perhatian atas kasus tersebut. Polisi diharapkan bekerja profesional, transparan dan cepat. Penanganan kasus yang cepat oleh Polri diharapkan dapat membuat jernih kasus tersebut. Jangan ada kesan polisi lambat dalam menangani perkara yang menimpa ulama," tegas Reni saat dikonfirmasi, Senin (29/1).
Dia menegaskan, peristiwa kekerasan yang menimpa KH Umar Basri agar menjadi peristiwa pertama dan terakhir. Tidak boleh ada aksi kekerasan dilakukan oleh siapa pun atas nama apa pun terhadap siapa pun, terlebih menimpa seorang ulama. Dia juga meminta kepada masyarakat untuk tetap tenang dan menyerahkan pengungkapan kasus tersebut kepada aparat kepolisian.
"Kami meminta aparat kepolisian untuk menjaga kondusifitas Jawa Barat khususnya dalam menyambut pelaksanaan Pilkada yang akan datang. Peristiwa kekerasan yang menimpa ulama ini harus menjadi perhatian dan sinyalemen atas keamanan di Jawa Barat, khususnya dalam menghadapi Pilkada mendatang," harap Reni.
Pemukulan terhadap Umar Basri terjadi sekitar pukul 5.30 WIB. Ketika itu, korban baru saja selesai menunaikan shalat Subuh dan zikir. Umar Basri tiba-tiba diserang seorang pria yang juga ada di dalam Masjid Al Hidayah.
Pukulan tangan kosong bertubi-tubi mengarah ke wajah sang kiai. Pelaku juga menendang kotak kayu tempat azan. Pelaku sendiri dikabarkan sempat mengikuti ibadah Shalat Subuh di Masjid Al Hidayah.