REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menyebut, ada oknum tertentu yang mengancam sopir angkutan kota (angkot) jika tidak ikut aksi demo di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Dia mengklaim, mendapat informasi tersebut langsung dari sang sopir.
"Kita undang sopirnya, kita tanya sopirnya, dia merasa diancam. Ini kan yang digerakkan para sopir," kata Shafruhan usai bertemu Wakil Gubernur DKI Sandiaga Salahuddin Uno serta Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Andri Yansyah di Balai Kota DKI, Selasa (30/1).
Pantauan Republika pada Senin (29/1), sopir yang ikut demo mengemudikan angkot M03 rute Bendungan Hilir-Roxy, M08 Tanah Abang-Kota, M09 Tanah Abang-Kebayoran Lama, M10 Tanah Abang-Jembatan Lima, dan M11 Tanah Abang-Meruya.
Shafruhan mengatakan, Organda DKI telah melakukan pertemuan pada pekan lalu dengan para sopir yang rutenya melewati Tanah Abang. Dia menyatakan, para sopir sebenarnya tidak ingin mengikuti aksi demonstrasi memblokir rute bus Transjakarta Explorer. Dia mengindikasikan, ada yang menggerakkan para sopir untuk terus turun ke jalan.
Menurut Shafruhan, penataan kawasan Tanah Abang sudah disepakati Organda DKI dengan Dishubtrans DKI. Dia menegaskan, penataan tersebut malah bertujuan membantu pengemudi angkot.
Pasalnya, sebelum ditata, kesemerawutan di kawasan Tanah Abang terus berlangsung dan justru merugikan angkot sendiri yang mobilitasnya terganggu. "Nah, kerugian yang diterima oleh pengusaha maupun pengemudi itu adalah waktu, uang karena bahan bakar lebih banyak yang keluar, sama energi," kata Shafruhan.
Dia menambahkan, dalam pertemuannya dengan Sandiaga dan Dishubtrans DKI, disepakati akan dilakukan penataan ulang terhadap rute angkot yang melewati kawasan Tanah Abang. Penataan ulang itu difokuskan untuk beberapa rute angkot yang terdampak akibat penutupan Jalan Jati Baru Raya. Pihaknya juga siap mendukung program One Karcis One Trip (OK-OTrip) agar semakin banyak angkot yang ikut program Pemprov DKI tersebut.
"Rerouting khususnya jenis mikrolet, supaya benar-benar nanti masuk wilayah-wilayah permukiman. Nah, ke depannya, nanti tidak ada lagi mikrolet yang ada di jalanan protokol begitu. Tadi, sudah sepakat sama Pak Kadis (Andri Yansyah), tim rerouting segera kita bentuk," ujar Shafruhan.
Gubernur DKI Anies Rasyid Baswedan merasa ada yang memolitisasi kekisruhan di kawasan Tanah Abang. Hal itu terkait aksi para sopir angkot yang memblokade jalan hingga membuat bus Transjakarta Explorer terpaksa dihentikan.
Anies mengatakan, tuntutan sopir angkot agar Jalan Jati Baru Raya kembali dibuka sedang dibicarakan dengan berbagai pihak. Pemprov DKI juga mengagendakan audiensi yang dikemas ngopi bareng dengan perwakilan sopir di Balai Kota DKI pada Rabu (31/1). Anies mengaku, ingin mendengar langsung aspirasi dari mereka. Anies menyatakan, ingin juga memberi pemahaman terkait penataan di Tanah Abang.
"Karena (penataan Tanah Abang) ini insya Allah untuk kebaikan semuanya. Intinya, kita akan bicarakan baik-baik dan saya juga berharap semua pihak lihatlah ini sebagai sebuah cara untuk menyelesaikan problem di tempat itu," ujar Anies.
Pendapatan turun
Para sopir angkot membatalkan aksi untuk mogok lagi pada Selasa lantaran terkendala izin. Salah seorang sopir angkot M08, Joni (50 tahun), mengatakan, aksi turun ke jalan tidak jadi dilakukan karena belum mengajukan izin ke kepolisian. Dia pun akhirnya memilih mengemudikan angkot untuk mencari penumpang di Jalan Jati Baru raya. "Enggak jadi demo karena enggak ada izin," katanya saat ditemui.
Pantauan di lapangan, sejumlah angkot terlihat berjajar di depan Stasiun Tanah Abang yang mengarah ke Jalan Jati Baru Bengkel. Mereka mengangkut penumpang dan beroperasi seperti biasa. Sejumlah polisi, Satpol PP, dan personel Dishubtrans DKI tampak berjaga di seputar wilayah Tanah Abang.
Mereka mengatur lalu lintas dan memastikan jalanan tidak tersendat. Namun, bus Transjakarta Explorer yang rata-rata sudah mengangkut 19 ribu penumpang per hari, belum beroperasi hingga menunggu situasi aman.
Sopir angkot lainnya, Otong (50), menegaskan, ia dan rekannya akan terus menuntut hak terkait pembukaan Jalan Jati Baru Raya. Mereka menganggap penutupan jalan untuk dijadikan lokasi berjualan pedagang kaki lima (PKL) telah membuat kesempatan mendapatkan penumpang menjadi hilang.
"Aneh peraturannya. Sebelumnya, peraturan enggak ada tuh yang benar-benar jalanan ditutup begitu," ujar Otong kesal.
Baik Otong dan Joni mengungkapkan, pendapatan mereka berkurang drastis sejak Jalan Jati Baru raya ditutup. Setelah dikurangi uang bahan bakar dan setoran ke bos, keduanya hanya membawa pulang uang tidak sampai Rp 50 ribu.
Sementara, Joni menyatakan, penumpang dari Stasiun Tanah Abang kini tak ada lagi yang naik angkot. Karena itu, ia menuding keberadaan bus Transjakarta Explorer sebagai pemicunya.
"Saya dari pagi sampai tengah hari begini, dapat Rp 17 ribu. Padahal, sebelumnya bisalah dapat Rp 50 ribu," ujar Joni. (Pengolah: erik purnama putra).