Rabu 31 Jan 2018 16:24 WIB

CISForm: Jaringan Masyarakat dan Pemerintah Harus Diperkuat

Sudah saatnya generasi muda dilibatkan untuk merespons balik ideologi ekstremis.

Rep: Eric Iskandarsjah/ Red: Fernan Rahadi
Terorisme
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Terorisme

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Beberapa kali, ekstremisme dan bahkan terorisme muncul secara sporadis dan berkesinambungan di berbagai daerah di Indonesia. Terutama di kota-kota besar dan yang rentan secara sosial seperti Jakarta, Poso dan Solo.

Direktur Center for The Study of Islam and Social Transformation (CISForm), Muhammad Wildan, mengatakan, aksi terorisme dilakukan beberapa gelintir orang yang memiliki ideologi ekstrem dan eksklusif.

"Faktor utama radikalisme dan terorisme adalah faktor-faktor sosial seperti kemiskinan, ketidakadilan global (hegemoni Barat), ketidakadilan negara, dan yang lainnya juga tidak kalah pentingnya untuk dilihat sebagai faktor pemicu dan pendorong," ujarnya, Rabu (31/1).

Keyakinan agama lebih sebagai faktor pendukung yang memberikan justifikasi ideologis. Menurut dia, hal inilah yang berkembang secara massif lewat berbagai platform media sosial.

Penanggulangan dan pencegahan aksi ekstremisme di Solo dan sekitarnya selama ini sudah banyak dilakukan oleh kelompok masyarakat sipil maupun pemerintah dengan sejumlah program dan kegiatan terutama generasi muda yang sangat rentan terpapar ideologi ekstremisme.

Komponen penting yang menjadi perhatian serius kita adalah sejauhmana peran pemerintah, LSM dan stakeholders lainnya untuk mendekati, menggandeng, dan mengajak kerjasama generasi muda sebagai kelompok yang merasa teraleniasi dan juga eks-napiter dalam berbagai kegiatan positif baik itu sosial, agama, maupun ekonomi, kata dia.

Ia pun menilai, sudah saatnya generasi muda dilibatkan secara lebih aktif untuk merespon balik ideologi ekstremis baik di masyarakat maupun di dunia maya. Hal ini diperlukan demi memperbesar ruang-ruang pemahaman radikalisme dan bahayanya mendorong peran aktif meraka dalam menjaga toleransi dan menginisiasi dialog-dialog intra dan antar agama banyak dilakukan. Dengan kata lain, untuk menciptakan kader-kader muda dalam perdamaian dan menjadi sangat signifikan.

Dalam rangka memfasilitasi berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait penanganan ekstrimisme tersebut, CISForm UIN Sunan Kalijaga Yogyaka dan UIN Jakarta menyelenggarakan workshop Penguatan Jaringan Masyarakat dan Pemerintah dalam Penanggulangan Terorisme. Workshop ini digelar pada Senin (29/1) lalu.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memfasilitasi forum pertukaran para pihak baik pemerintah, akademisi, praktisi, tokoh pemuda dan organisasi kepemudaan serta organisasi masyarakat sipil untuk berbagai tantangan, peluang, dan lessons learnt dalam merespon masalah ekstrimisme dan radikalisme di Solo, Yogyakarta dan sekitarnya. Menurutnya, kegiatan ini juga menggali inisiasi-inisiasi baru dalam hal penanganan radikalisme dan ekstremisme melalui peran aktif kaum muda, praktisi dan mantan napi teroris.

Selain itu, kegiatan ini juga menyajikan update dan analisa program-program penanganan esktrimisme baik yang dilakukan oleh pemerintah, institusi pendidikan dan masyarakat sipil serta peluang membangun jaringan dan kerja kolektif. Selanjutnya, kegiatan ini pun menelurkan rekomendasi dan inisiasi penguatan peran kaum muda dalam penanganan radikalisme di Solo, Yogyakarta dan sekitarnya.

"Penanggulangan terorisme perlu dilakukan secara sinergis dan berkesinambungan. Berbagai pemangku kepentingan baik dari pemerintah, TNI/Polri, akademisi, praktisi dan masyarakat luas perlu saling menguatkan dalam upaya mengurangi dan akhirnya mengakhiri masalah terorisme ini," kata Wildan.

Selain itu, lanjutnya, pendekatan keamanan (security) saja tidak cukup. Perlu juga didukung dengan berbagai upaya pendampingan mantan napi teroris dan keluarganya serta upaya-upaya pencegahan (preventif) melalui berbagai pendekatan seperti penguatan sosial-budaya, pencerahan pemahaman agama, dan praktek pemberdayaan sosial-ekonomi.

Tidak kalah pentingnya, selain menyasar berbagai segmen kelas sosial dan usia, kalangan pemuda perlu serius mendapat perhatian terutama dalam upaya pencegahan masalah radikalisasi dan ekstrimisme. Ia menilai, segmen pemuda disinyalir paling rentan terkontaminasi virus tersebut.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement