REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali, Komang Kusumaedi, mengingatkan masyarakat Bali agar waspada akan curah hujan tinggi di Februari 2018. Dampak dari hujan mulai dari yang sederhana, seperti genangan air, hingga banjir, longsor, angin kencang, disertai pohon tumbang.
"Kami terus menginformasikan seluruh potensi ancaman bahaya dan bencana agar diketahui seluruh masyarakat di Bali maupun di luar Bali," kata Kusumaedi, Senin (5/2).
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menginformasikan hujan ekstrem masih melanda Bali. Kamis (1/1), terjadi hujan ekstrem di Besakih dan Karangasem dengan intensitas 173 milimeter (mm) per detik. Berikutnya di Ulakang dengan intensitas 142,3 mm per detik.
Bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang merupakan peristiwa yang biasanya mengikuti hujan ekstrem. Hujan lebat di Bangli bahkan sudah memakan korban baru-baru ini.
Seorang warga Banjar Cenigan, Desa Kintamani terjatuh kesungai. Tim Badan Pencarian dan Penyelamatan Nasional (Basarnas) menemukan korban, atas nama Ketut Subrata (60 tahun) meninggal.
Kepala Kantor SAR Denpasar, Ketut Gede Ardana mengatakan petugas melakukan penyisiran sepanjang sungai, darat, dan tali menyusuri aliran sungai. Korban ditemukan meninggal dunia sekitar 400 meter dari tempatnya terjatuh.
"Jasad Ketut Subrata dievakuasi menuju Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah," kata Ardana.
Di Denpasar, pemerintah daerah mendata masih ada 11 titik genangan air yang muncul setiap intensitas hujan tinggi. Kota Denpasar yang terletak di hilir merasakan dampaknya, seperti di Simpang Gatsu I, Jalan Kenyeri, dan wilayah Pemecutan Kelod.