REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA – Isu penyerangan tokoh agama yang dilakukan oleh orang gila, membuat sejumlah masyarakat resah. Salah satunya, terjadi di Kabupaten Purwakarta.
Saat ini, keberadaan orang gila sangat diwaspadai. Bahkan, institusi kepolisian setempat meminta anggota Bhabinkamtibmas menginap di rumah tokoh ulama dan pondok pesantren.
Kapolres Purwakarta AKBP Dedy Tabrani mengatakan, untuk meminimalisasi terjadinya aksi main hakim sendiri, kepolisian sudah mengambil sejumlah langkah. Yaitu mengintensifkan razia orang gila dengan petugas gabungan dari berbagai stakeholder.
"Kita juga sudah menginstruksikan supaya, anggota Bhabinkamtibmas menginap di rumah tokoh ulama dan pimpinan ponpes," ujar Dedy, Jumat (16/2).
Tak hanya itu, kata dia, pada Kamis (15/2), warga Kampung Krajan, Kecamatan Cibatu, mencurigai adanya orang dengan gangguan jiwa yang hilir mudik di perkampungan tersebut. Beruntung, warga tak main hakim sendiri terhadap pemuda dengan penyakit gangguan jiwa itu.
Sementara itu, Kapolsek Cibatu Kompol Ali Murtadho mengatakan, pihaknya ingin masyarakat di Cibatu tidak mencaplok hoaks secara mentah-mentah. Kalau ada informasi apa pun, koordinasikan terlebih dahulu dengan aparat setempat, supaya tidak terjadi hal-hal yang tak mengenakan.
"Kami sangat mengapresiasi kepada masyarakat, atas penemuan pemuda dengan gangguan jiwa atas nama Fikri ini. Pemuda tersebut, tidak dihakimi atas isu orang gila ini, justru diantarkan ke Polsek," katanya.
Namun menurut, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Erma Suryani Ranik menilai, pihak Kepolisian lemah mengantisipasi penyerangan terhadap sejumlah tokoh agama. Hal ini dibuktikan banyak kasus penyerangan terhadap mereka beberapa pekan terakhir. Sebelumnya, telah terjadi penyerangan kepada sejumlah tokoh di Jawa Barat dan DI Yogyakarta, yang terjadi belum lama ini.
"Saya memantau informasi yang terjadi tentang penyerangan di rumah ibadah. Ini bukti kalau antisipasi dari pihak kepolisian begitu lemah,” ujar politisi Partai Demokrat itu saat dikonfirmasi, Kamis (15/2).
Erma melanjutkan, tensi politik Indonesia akan meningkat ketika menjelang pilkada dan pilpres. Dia menginginkan pihak kepolisian tanggap dan menjaga agar peristiwa seperti ini tidak berkembang secara liar di media, hingga munculnya hoaks yang bisa memicu konflik.
Erma juga meminta agar pihak Kepolisian tidak berleha-leha dan lengah. Karena, dia curiga, dengan kasus penyerangan ini. Contohnya penyerangan terhadap ustaz yang dilakukan orang gila, mengapa bisa terencana, mengapa ada pola yang begitu berdekatan. "Ini kalau terus-menerus tidak dilakukan antisipasi bisa berkembang liar,” keluhnya.
Di samping itu, Erma juga menyoroti peranan dari intelijen polisi yang menurutnya kurang bisa meredam kejadian kriminal kepada tokoh agama. Apalagi, kata dia, kepolisian ini memiliki intelijen, mengapa masalah ini tidak bisa diantisipasi. "Kita begitu miris, ini saat sedang ibadah di gereja malah diserang dengan senjata. Tolong intelijen bekerja mengantisipasi ini,” katanya.
Maka, Erma mendorong Kepolisian melakukan investigasi terkait penyebab dan akar masalahnya. “Selain mereka melakukan investigasi, tentu apabila ini terbukti kalau bukan orang gila maka akan dilakukan penegakan hukum sekeras-kerasnya,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengatakan, kasus penyerangan yang terjadi beberapa waktu terakhir tidak memiliki keterkaitan satu sama lain. Budi menyinyalir ada oknum-oknum tertentu yang mempolitisasi kasus ini, sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat
"Satu case dengan yang lainnya tidak ada keterkaitan, tapi memang ada pihak yang memelintir ini, kejadian kasus per kasus dipelintir dugaannya ingin membuat keresahan," ujar Budi ketika ditemui di kantor Wakil Presiden, Kamis (15/2).
Budi mengatakan, kelompok yang ingin mempolitisasi penyerangan pemuka agama berasal dari dalam negeri. Sejauh ini sebanyak tujuh pelaku sudah diamankan dan aparat keamana masih melakukan pengejaran pelaku lainnya di wilayah Sumatra Utara, Bogor, dan Jakarta. "Ini kami sedang mengejar itu semua, kebanyakan dalam negeri dan hingga hari ini sudah sekitar tujuh tersangka kita amankan," kata Budi.
Budi membantah bahwa BIN kecolongan atas kasus-kasus penyerangan terhadap pemuka agama di sejumlah daerah. Budi mengatakan, BIN sudah memprediksi akan ada berbagai bentuk kampanye hitam pada tahun politik ini.
"Enggak, karena kita sudah prediksi. Ini tahun politik dan kita sudah mengingatkan bahwa kampanye hitam dalam bentuk penggunaan media sosial untuk dipolitisasi akan marak," ujarnya. (ali mansur, Pengolah: nashih nashrullah).