REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo mendesak keseriusan Pemerintah RI untuk menuntaskan kasus meninggalnya Adelina. Pemerintah RI diminta segera mengungkap jaringan sindikat perdagangan manusia yang merekrut Adelina sejak masih di kampung halamannya.
"Harus segera diusut, mulai dari siapa oknum yang memalsukan dokumen mendiang Adelina, hingga siapa yang menempatkannya melalui jalur yang tidak resmi ke Malaysia," kata Wahyu melalui siaran pers kepada Republika.co.id, Sabtu (17/2).
Selain itu, Wahyu juga mendesak Pemerintah Malaysia untuk menunjukkan keseriusannya dalam proses hukum para pihak yang terlibat dalam kasus Adelina. Seperti majikan Adelina sebagai pelaku penganiayaan dan penelantaran, serta agen Malaysia yang terlibat dalam penempatan tidak resmi.
Wahyu menyatakan, kasus ini juga harus dijadikan momentum bagi kedua negara menuntaskan MoU perlindungan PRT yang sudah berakhir masa berlakunya sejak Mei 2016.
"Bentuk keseriusan tersebut juga untuk menguji keseriusan Indonesia dan Malaysia dalam menjalankan ASEAN Consensus on Protection and Promotion on Human Rights of Workers yang ditandatangani kepala negara Indonesia dan Malaysia serta 8 kepala negara anggota ASEAN lainnya pada bulan November 2017," jelas Wahyu.
Hari ini, Sabtu (17/2), jenasah Adelina telah dipulangkan di kampung halamannya di Kabupaten Timor Tengah Selatan Nusa Tenggara Timur. Adelina merupakan korban ke-9 dari kematian beruntun buruh migran Indonesia asal NTT di tahun 2018 ini hingga bulan Februari. Sebelumnya di tahun 2016 ada 46 korban meninggal dan tahun 2017 ada 62 korban meninggal.