Rabu 21 Feb 2018 10:40 WIB

PBNU Minta Masyarakat Waspadai Radikalisme

Warga NU harus menjadi warga yang menghormati kerukunan.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj (tengah)
Foto: Istimewa
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj (tengah)

REPUBLIKA.CO.ID,  GRESIK-- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta masyarakat Indonesia terutama warga Nahdliyyin (NU) mewaspadai mewaspadai bahaya radikalisme.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj mengatakan, radikalisme mengancam keutuhan berbangsa dan negara. Sebab itu warga NU harus menjadi garda terdepan menjaga ukhuwah, persatuan, dan kesatuan dengan berbagai elemen bangsa.

Selain itu, Kang Said, begitu akrab disapa, juga mengingatkan tujuan organisasi keagamaan NU didirikan. Sejak 1915, ketika negara-negara Islam masih dipimpin Dinasti Ottoman Turki, Kiai Hasyim Asy’ari sudah merekomendasikan jargon “hubbul wathon minal iman” atau nasionalisme bagian dari iman. Sejak itu pula persoalan nasionalisme di Indonesia sudah tuntas.

“Tujuan NU itu membangun persaudaraan sesama manusia, mempertahankan Islam yang benar, Islam ahlus sunnah wal jamaah, menjaga keutuhan NKRI, ” kata dia dalam forum dialog kebangsaan bertajuk “Menjaga NU Menjaga NKRI” di Bawean, Rabu (21/2).

Karena itu, imbuh dia, warga NU harus menjadi warga yang menghormati keberagaman, menjaga kerukunan sebangsa, menjaga kerukunan sesama Muslim dan sesama manusia. “Kita harus tetap menjaga ukhuwah Islamiyah (internal umat), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan," kata dia.

Dalam kesempatan sama, Koordinator Nasional Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid juga menambahkan, di tengah-tengah gencarnya arus globalisasi dan digitalisasi sekarang, kata dia, berbagai ideologi begitu mudahnya diserap masyarakat. Tidak peduli apakah ideologi tersebut bertentangan dengan empat pilar Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Di sinilah dituntut komitmen bersama terutama NU untuk menjaga keutuhan bangsa dan negara. "Perjuangan ulama dan santri NU jangan sampai dilupakan," kata Ketua Umum Ikatan Alumni PTIQ Jakarta ini.

Menurut dia, ketidaksigapan dan kelengahan yang akhir-akhir ini melanda generasi muda, diakui atau tidak berdampak pada munculnya radikalisme agama baru ke permukaan. Karena itu mesti segera diantisipasi dengan segera sebab bagaimanapun anak muda NU dan Ansor harus bergerak sebagai garda terdepan menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara.

"Ansor tidak boleh lengah dan gagap dengan teknologi," kata dia.

Jazilul mengatakan, peran nyata di era digital saat ini antara lain melalui dakwah di internet dan media sosial. Dibutuhkan upaya lebih aktif lagi dari para generasi muda NU tak terkecuali kader-kader GP Anso agar mengisi media sosial dengan konten-konten positif yang menggemakan Islam moderat dan rahmatan lil alamin selaras dengan prinsip-prinsip Aswaja an-Nahdliyah.

"Penguasaan medsos mampu menyentuh domain dan dunia selama ini belum begitu kita sentuh," kata Ketua Fraksi PKB MPR-RI ini.

Lebih lanjut dia menggarisbawahi kontribusi besar NU mendirikan NKRI secara bahu membahu bersama elemen masyarakat yang lain. Karenanya dia mengingatkan fungsi dan peran sebagai penjaga  NKRI ini harus tetap dipertahankan ke depan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement