Jumat 23 Feb 2018 09:33 WIB

Presiden: Kekerasan kepada Pemuka Agama Sudah Keterlaluan

Presiden menegaskan keamanan masyarakat menjadi tanggung jawab Polri.

Predisen Jokowi
Foto: dok. Kemenag.go.id
Predisen Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Debbie Sutrisno, Umi Nur Fadhila, Riga Nurul Iman, Amri Amrullah, Djoko Suceno, Arif Satrio Nugroho

JAKARTA -- Presiden Joko Widodo angkat bicara seiring kekerasan terhadap pemuka agama yang kini marak di berbagai daerah. Menurut Presiden, kekerasan ini sudah keterlaluan karena menimbulkan korban jiwa. Presiden menegaskan, keamanan masyarakat, terutama pemuka agama, menjadi tanggung jawab Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

"Semuanya harus dijaga. Jangan sampai ada kejadian-kejadian yang terus-menerus seperti itu," ujar Presiden Jokowi di Jakarta, Rabu (21/2).

Presiden pun meminta Polri dapat segera menuntaskan kasus-kasus kekerasan yang dialami pemuka agama. Setiap kasus juga harus dicermati detail, apakah ini sesuatu yang wajar atau tidak.

Namun, Presiden mengaku belum mendapatkan informasi secara menyeluruh terkait persoalan tersebut. "Tapi, saya sampaikan, Polri harus tegas untuk urusan- urusan seperti ini," katanya.

Pernyataan senada disampaikan Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie. Dia meminta aparat kepolisian menunjukkan kedewasaan dalam menangani kasus kekerasan terhadap pemuka agama.

Jimly berharap aparat menindak tegas serta mengusut tuntas motif kekerasan yang dilakukan pelaku. "Mau ulama, pendeta, siapa saja, pokoknya disikat saja itu.Tidak usah percaya dia mengaku sakit, gila. Pokoknya tangkap dulu, diproses," ujarnya saat ditemui di kantor pusat ICMI, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu.

Jimly mengatakan, apabila pihak kepolisian bisa menindak tegas secara hukum kasus-kasus itu, masyarakat akan menilai kepolisian berpihak pada kebenaran. Masyarakat, menurut Jimly, pasti menganggap aparat kepolisian telah bersikap tegas tanpa berpihak kepada kelompok atau golongan tertentu saja.

photo
Para pelayat tengah menyolatkan Ustaz Prawoto yang meninggal akibat dianiaya di mesjid Al Muhajirin Jalan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (1/2)

Sejak awal tahun, kekerasan terhadap pemuka agama disoroti publik. Dimulai dari penyerangan kepada Kiai Basyri, penyerangan Gereja Santa Lidwina di Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, hingga penyerangan kepada KH Mubarok di Lamongan, Jawa Timur.

Serangkaian peristiwa itu mendorong kesiapsiagaan di kalangan masyarakat, seperti di Jakarta, Kabupaten Bandung, dan Kota Sukabumi. Panglima Jawara Betawi Haji Basyir Bustomi meminta kepada seluruh jawara Betawi bersiaga di beberapa kediaman para pemuka agama dan kiai di wilayah Jabodetabek.

Pemuda Persatuan Islam (Persis)di wilayah Margaasih, Kabupaten Bandung, juga mengintensifkan penjagaan keamanan di lingkungan pesantren serta rumah ustaz dan santri di Pesantren Persis Rahayu. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Sukabumi pun telah meminta warga menggalakkan kembali kegiatan siskamling.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement