REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kelompok oposisi Suriah, yakni Koalisi Nasional Suriah, mendesak PBB untuk mengambil tindakan guna mengakhiri kekerasan diGhouta Timur. Menurut mereka, ini adalah bukti kebiadaban Presiden Bashar al-Assad dan sekutunya, yaitu Rusia dan Iran.
"Kami mendesak PBB untuk segera menghentikan genosida sistematis di Ghouta Timur oleh rezim Assad serta milisi yang didukung Iran dan Rusia," kata Wakil Ketua Pasukan Oposisi dan Koalisi Revolusi Suriah Selva Aksoy, pada Jumat (23/2), dikutip laman Anadolu Agency.
Menurut Aksoy, serangan membabi buta pemerintah selama beberapa hari terkahir, hanya lanjutan dari serangkaian kejahatan yang telah dilakukan sebelumnya. Selama serangan oleh milisi yang didukung Iran dan rezim Assad, lebih dari 2.000 warga sipil telah tewas dan hampir 5.000 orang terluka dalam tiga bulan terakhir.
Aksoy mengatakan Ghouta Timur telah mengalami serangan kekerasan selama enam tahun terkahir. Lebih dari 23 ribu warga sipil terbunuh di Ghouta Timur sejak 2012, lebih dari 32 rumah sakit dan pusat kesehatan hancur, dan 1,7 juta warga sipil mengungsi.
Sedangkan dalam tiga hari terakhir, menurut Aksoy, serangan rezim Assad dan sekutunya telah menewaskan lebih dari 300 orang. "Jadi kami mendesak PBB untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab dan tindakan untuk memenuhi misinya," ujar Aksoy.
Sejak akhir pekan lalu, pasukan pemerintah Suriah membombardir Ghouta Timur dengan menggunakan bom laras, artileri, dan jenis senjata lainnya. Serangan yang dilakukan dan diklaim untuk menumpas kelompok pemberontak tersebut ternyata turut membunuh warga sipil di sana.
Kelompok Oberservatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (HAM), pada Kamis (22/2), mengatakan serangan selama lima hari di Ghouta Timur telah menyebabkan lebih dari 400 orang tewas. Jumlah tersebut tak hanya mencakup orang dewasa tapi juga anak-anak.