Selasa 27 Feb 2018 19:17 WIB

Tanah Longsor Akibat Gempa di Papua Nugini Tewaskan 14 Orang

Orang-orang takut. Getaran terus berlanjut.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Budi Raharjo
Port Moresby, Papua Nugini.
Foto: ABC
Port Moresby, Papua Nugini.

REPUBLIKA.CO.ID,PORT MORESBY -- Gempa bumi dahsyat di dataran tinggi Papua Nugini mengakibatkan tanah longsor dan bangunan roboh. Bencana ini menewaskan 14 orang pada Selasa (27/2).

Gempa berkekuatan7,5 skala Richter yang mengguncang wilayah tersebut terjadi pada Senin (26/2) pagi, yang juga merusak infrastruktur pertambangan dan listrik. Akibatnya, Exxon Mobil Corp menutup pabrik gas alam cair senilai 19 miliar dolar AS yang merupakan penghasil ekspor terbesar di negara itu.

Polisi dan seorang pekerja rumah sakit bahkan mengatakan korban tewas mencapai 30 orang. Namun laporan tersebut belum dikonfirmasi. Seorang perawat di Rumah Sakit Umum Mendi Julie Sakol mengatakan dua bangunan ambruk dan tanah longsor menewaskan 12 orang di Mendi, ibu kota Dataran Tinggi Selatan.

Jenazah korban tewas dibawa kekamar mayat rumah sakit tersebut. "Orang-orang takut. Getaran terus berlanjut. Tidak ada tempat untuk pergi tapi orang hanya bergerak di sekitarnya saja," katanya.

Survei Geologi Amerika Serikat (AS) menyebutkan puluhan gempa susulan mengguncang negara tersebut, termasuk yang berkekuatan 5,7 SR pada Selasa sore. Polisi di Mendi mengatakan 14 orang tewas dalam gempa awal, termasuk tiga orang di Poroma, di selatan Mendi. "Mereka tewas oleh tanah longsor yang menhancurkan keluarga yang sedang tidur di rumah mereka," kata seorang petugas polisi di Mendi Naring Bongi.

Sementara itu menurut pejabat provinsi William Bando mengatakan lebih dari 30 orang diyakini telah tewas di wilayah yang terjal, sekitar 560 kilometer di barat laut ibu kota, Port Moresby, yang dilaporkan oleh Papua New Guinea Post-Courier. Kantor manajemen bencana Papua Nugini mengatakan sedang memverifikasi laporan, namun butuh beberapa hari untuk memastikan jumlah korban tewas tersebut.

Exxon Mobil mengatakan bahwa menurunnya komunikasi dengan masyarakat sekitar membuat pihaknya kesulitan dalam menilai kerusakan fasilitas di mesin industri gas alam cair Papua Nugini. "Komunikasi terus menjadi salah satu tantangan yang paling signifikan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

Sementara mitrany aOil Search mengatakan peninjauan ulang semua fasilitas dan infrastrukturnya akan memakan waktu setidaknya satu pekan. Proyek gas alam cair Papua Nugini dianggap sebagai salah satu operasi gas alam cair berkinerja terbaik di dunia, yang mulai beroperasi pada 2014, lebih awal dari yang ditargetkan.

Terlepas dari tantangan pengeboran gas dan pembangunan pabrik pengolahan dan jaringan pipa di hutan terpencil di Papua Nugini. Ini telah memproduksi sekitar 20 persen di atas kapasitas pengenalnya sebesar 6,9 juta ton per tahun.

Gempa bumi umum terjadi di Papua Nugini, yang berada di "Cincin Api" Pasifik, sebuah titik untuk aktivitas seismik karena adanya gesekan antara lempeng tektonik. Bagian dari pantai utara negara tersebut hancur pada 1998 oleh tsunami, yang dihasilkan oleh gempa berkekuatan 7,0 SR, yang menewaskan sekitar 2.200 orang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement