Rabu 28 Feb 2018 10:22 WIB

Kontemplasi Masa Remaja dalam Lady Bird

Film Lady Bird masuk dalam lima nominasi Oscar.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Film Lady Bird
Foto: dok Universal Pictures
Film Lady Bird

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Christine (Saoirse Ronan) muak dengan kota kelahirannya. Gadis pemberontak yang lebih suka dipanggil "Lady Bird" itu ingin cepat-cepat keluar dari Sacramento dan berniat kuliah di New York yang menurutnya 'sangat berbudaya'.

Sementara ibunya, Marion (Laurie Metcalf), ingin Christine berkuliah dekat-dekat saja. Perbedaan pilihan itu memunculkan ketidakharmonisan antara keduanya. Belum lagi konflik khas remaja lain yang harus dihadapi Christine di tahun terakhir SMU.

Film Lady Bird tentang Christine sang remaja pemberontak yang selalu bicara blak-blakan sudah bisa disimak di bioskop Indonesia mulai hari ini. Gadis eksentrik dengan rambut diwarnai jingga menyala tersebut sedang berproses menemukan jati diri.

Sama seperti kebanyakan remaja, ia tidak terlalu percaya diri dengan penampilan dan kondisi tubuhnya. Bahkan, Christine alias Lady Bird diam-diam merasa minder kepada teman-temannya di sekolah karena ayahnya tidak kaya.

Sang sutradara, Greta Gerwig, seolah memaksudkan film ini sebagai kontemplasi tentang masa remaja. Siapapun yang pernah muda pasti pernah salah, naif, dan tidak melakukan hal 'benar' di mata keluarga maupun lingkungan sosial.

Seluruh pengalaman itu membuat siapapun berproses menuju kedewasaan dan mengambil pelajaran dengan sendirinya. Sama seperti Lady Bird yang berkali-kali merasa 'salah jalan' dan berkali-kali pula berusaha memperbaikinya.

Latar tempat Kota Sacramento dan sekolah Katolik mungkin akan memicu semacam kejutan budaya, tetapi cukup menarik untuk mengetahui kultur dalam masyarakat lain. Butuh kematangan berpikir untuk bisa mencerna secara terbuka apa yang disampaikan film untuk 17 tahun ke atas ini.

Pelajaran memaknai kehidupan yang dikemas dari sudut pandang dan konflik generasi muda ini menuai apresiasi positif dari kritikus film global. Hingga 28 Februari 2018, laman Rotten Tomatoes memberinya skor hampir sempurna sebesar 99 persen dari total 291 ulasan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement