REPUBLIKA.CO.ID, ACEH -- Perbincangan nama TGH Muhammad Zainul Majdi atau lebih akrab dikenal dengan Tuan Guru Bajang (TGB) sebagai sosok pemimpin nasional juga mengemuka di Nanggroe Aceh Darussalam. Bahkan kehadiran TGB di Aceh ini dapat dibilang sebagai special edition bagi masyarakat kota 'Serambi Makkah' tersebut.
Hal ini terlihat dari antusiasnya sambutan warga Aceh kepada Gubernur NTB dua periode tersebut. Seperti saat memberikan tausiah usai shalat shubuh berjamaah di Masjid Kopelma, Universitas Syah Kuala, Aceh, pada Jumat (2/3). Tulisan "Shubuh Education" dan "Special Edition" mewarnai latar belakang spanduk yang terpampang menyambut kehadiran TGB.
Dalam tausiahnya, TGB menyampaikan kepepimpinan dan ahlak, mengupas pentingnya pembentukan akhlak dengan panjang lebar. TGB juga menjelaskan, perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan agama Islam dengan sangat cepat di seantero dunia dimulai dari kemulian ahklak beliau.
Baca Juga: Santri di Aceh Berdesakan Sambut Tuan Guru Bajang
Lebih jauh TGB menjelaskan, dalam Alquran, Allah SWT memuji nabi akhir zaman itu bukan karena ketinggian ilmunya, di mana ketinggian ilmu beliau tidak mampu ditandingi Malaikat Jibril sekalipun.
"Tetapi Rasulullah dipuji karena kemulian akhlak beliau. Bahkan dijelaskan Nabi mengedepankan ahlak sebelum mempertajam masalah aqidah dan syariat," ujar TGB.
Antusiasme jamaah semakin meninggi ketika dalam sesi dialog beberapa penanya menanyakan kondisi negara yang semakin mengkawatirkan dengan kasus-kasus korupsi, hingga narkoba. Bahkan sistem pemilu langsung tak luput dari sorotan jamaah.
Namun dengan tenang dan penuh keteduhan TGB menjawab satu persatu pertanyaan tersebut dengan melandaskan seluruh jawaban beliau pada Alquran dan hadist.
Dikatakan TGB, salah satu pondasi membangun negara adalah memperbaiki sistem ahklak yang dimulai dari diri sendiri dan keluarga. Dengan demikian apabila pondasi ahklak yang kuat sudah terbentuk sejak dalam lingkungan keluarga, maka insya Allah sistem ahlak dalam masyarakat dan negara akan menjadi baik dan kuat.
"Bangsa yang kuat tidak akan dapat dipengaruhi bangsa lain," kata TGB menambahkan.