REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Puluhan pengusaha bidang pertanian Indonesia menghadiri kursus manajemen agrobisnis yang digelar di Bali Dynasty Resort, Kuta, Senin (5/3). Acara ini digelar mulai 5 Maret hingga 9 Maret 2018, yang terdiri atas lokakarya, seminar, kunjungan bisnis, hingga focus group discussion.
Acara ini digelar atas kerja sama Asian Productivity Organization (APO), Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementerian Pertanian, Organisasi Produktivitas Nasional (NPO), Direktorat Jenderal Pelatihan dan Produktivitas, Kementerian Tenaga Kerja Indonesia, dan Cornel University. Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri, Mesah Tarigan, mengatakan, pertemuan ini merupakan forum untuk saling bertukar informasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan peserta mengenai perkembangan terkini sektor agrobisnis global dan regional.
Selain itu, pertemuan ini juga membahas pratik terbaik dalam pengelolaan agrobisnis. "Fokusnya pada keamanan pangan, sistem pertanian berkelanjutan, dan peningkatan nilai tambah dan daya saing dengan penekanan pada pengembangan sektor Usaha Kecil Menengah (UKM)," kata dia di Bali, Senin (5/3). Pertemuan ini dihadiri oleh 74 orang peserta domestik dan global.
Peserta asing sebanyak 16 orang dari Bangladesh, Kamboja, Cina, India, Iran, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand, dan Vietnam. Sebanyak 12 peserta Indonesia dan 45 pengamat. Kegiatan ini menghadirkan empat orang narasumber asing yang akan memaparkan materi peningkatan nilai agrobisnis UKM.
Pembicara di antaranya Direktur Cornell International Institute for Food, Agriculture and Development dan profesor ekonomi terapan dan manajemen Dr Ralph D Christy; Managing Director K-Farm Seng Kit Chan; Dosen Cornell University Lin Fu; dan APO Expert Joselito Bernardo. Adapun narasumber dari Indonesia yaitu Dr Ir Suharno, yang merupakan Ketua Asosiasi Agribisnis Indonesia, dan Ketua Komite Tetap Pengolahan Makanan dan Minuman KADIN, Thomas Darmawan.
Dalam sambutannya, Mesah mewakili sekretaris jenderal Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa sejak 2012-2017, Indonesia banyak terlibat dalam program APO. Seperti lokakarya, kursus pelatihan, konferensi, dan misi studi. Menurut dia, APO memiliki peranan penting dalam pengembangan sumber daya manusia dan memberikan kontribusi nyata dalam mendukung pengembangan pertanian dan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan program pengembangan kebijakan pertanian, yang saat ini berfokus pada perwujudan swasembada beras, kedelai, jagung, daging, gula, dan komoditas strategis lainnya. Program ini dilaksanakan melalui beberapa program.
Seperti upaya rehabilitasi saluran irigasi tersier, perluasan jaringan irigasi, optimalisasi lahan, implementasi pengelolaan pabrik terpadu, optimalisasi perluasan areal tanam kedelai melalui peningkatan indeks pertanaman, perluasan areal tanam jagung, penguatan dan penyediaan infrastruktur pertanian (pupuk, benih, pestisida, dan alsitan), mentoring, dan melakukan upaya khusus SIWAB (breeder cattle pregnancy programme) serta mendirikan Toko Tani Indonesia.
Berbagai upaya tersebut dilakukan dalam rangka mejadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045. "Untuk mencapai target tersebut, Indonesia perlu mengoptimalkan pengembangan pemasaran berkelanjutan untuk mencapai stabilitasi harga," katanya.