REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN), Yandri Susanto mengatakan arah politik PAN di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 mendatang kemungkinan berada di luar koalisi pendukung Joko Widodo (Jokowi). Menurut Yandri, hal itu untuk mencegah kemungkinan Jokowi menjadi calon tunggal.
"Kita nggak mau calon tunggal. Kalau semua bergabung ke Pak Jokowi ya bisa calon tunggal," kata Yandri di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/3).
Yandri menambahkan, selain mencegah adanya calon tunggal, alasan lain PAN memilih berada di luar koalisi Jokowi bukan karena tidak menyukai Jokowi, melainkan untuk menghadirkan calon alternatif. "Sampai hari ini kecenderungan kuat itu di atas 80 persen, ya kita ingin menghadirkan calon alternatif. Bukan karena benci Pak Jokowi, calon tunggal malah nggak elok," tutur anggota Komisi II DPR tersebut.
Menurutnya, calon tunggal bukanlah sesuatu yang baik, sehingga PAN merasa perlu ada kandidat lain yang menantang pejawat. Bagi PAN, kemugkinan untuk membentuk poros baru masih sangat terbuka.
"Poros baru memungkinkan, kalau sampai hari ini nggak ada satu lagi (partai) yang pindah ke Jokowi, masih bisa dua calon. Mungkin Pak Prabowo dengan calon sendiri, Gerindra, karena dia cukup mengambil satu partai. Nah tiga partai yang lain bisa membuat poros baru," ujar politikus PAN tersebut.
Ia menilai ada beberapa tokoh yang dijagokan sebagai tokoh poros baru, antara lain Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, dan Ketua Komanado Satuan Tugas Bersama (KOGASMA) Pemenangan Pilkada 2018 dan Pilpres 2019 Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Tinggal formatnya gimana nanti," tuturnya.
Untuk diketahui lima partai belum menentukan sikap terkait siapa tokoh yang akan diusung sebagai calon presiden. Kelima partai tersebut antara lain Partai Gerindra, Partai Demokrat, PKS, PKB dan PAN. Sedangkan lima partai lainnya telah mendukung kembali Jokowi sebagai calon presiden 2019 -2024, yaitu PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, Partai Hanura, PPP.