REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Nawawi al-Bantani dalam Sullamul Munajat juga menceritakan kisah seorang alim yang ditahan tentara Romawi. Terjadilah dialog antara sang alim dengan tentara Romawi.
Alim: Mengapa kalian menyembah Nabi Isa? Tentara Romawi: Karena Isa tak memiliki bapak. Alim: Kalau begitu Nabi Adam lebih layak kalian sembah, karena dia tak berayah dan beribu.
Tentara Romawi: Karena Isa dapat menghidukan orang mati Alim: Kalau demikian Nabi Yehezkiel lebih layak disembah, karena dia mampu menghidupkan 8.000 orang. sedangkan Isa hanya mampu menghidukan empat orang.
Tentara Romawi: Karena Isa dapat menyembuhkan orang buta dan penderita kusta. Alim: Jika seperti itu, Girgis (atau Jirjis/ nabi Bani Israil) lebih baik lagi, karena dia telah dimasukkan ke dalam suatu wadah dan direbus, tapi dapat keluar dari wadah itu dengan selamat.
Dialog keimanan itu sengaja dituliskan oleh Syekh Nawawi untuk menjelaskan makna kalimat syahadat peneguh keimanan. Melalui kisah tersebut, seseorang akan memahami tiada sekutu Allah. Sang Pencipta berdiri dengan sendirinya tanpa bergantung dengan sesuatu apa pun.
Selain kisah, kitab ini juga diperkuat dengan peninggalan para sahabat dan ulama. Fakta-fakta tersebut menjadi bagian dari penjelasan kitab ini yang membuat pembaca semakin memahami apa itu iman, yang menjadi ruh keislaman seseorang.