REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris Putri Marino belum bersuami saat proses produksi film terbarunya, Jelita Sejuba. Namun, ia banyak belajar tentang menjadi istri dari film besutan sutradara Ray Nayoan yang akan tayang 5 April tersebut.
"Peran saya sebagai Sharifah, gadis Melayu yang lugu, ceria, ekspresif, tetapi setelah bertemu suaminya Jaka, hidupnya berubah 180 derajat," ungkap Putri mengenai film dari sudut pandang Sharifah sang istri tentara.
Putri mengatakan, setelah menikah Sharifah menyadari tanggung jawabnya mengurus sang suami yang merupakan 'ksatria negara'. Ia pun dituntut menahan diri untuk tidak egois dan menjadi sosok yang lebih sabar.
Hal sama dialami Putri dalam kehidupan yang sesungguhnya. Seperti Sharifah, setelah menikah perempuan 24 tahun kelahiran Bali itu pun menyadari harus selalu mendukung, mendoakan, dan memberi kasih sayang pada suami.
Sisi positif tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi Putri selama proses produksi film. Untuk dapat mendalami karakternya, ia banyak bertanya dan mencermati kawan-kawannya yang sudah berstatus sebagai istri.
Tantangan lain adalah keharusan menggunakan dialek dan bahasa Melayu. Putri mempelajari dialek lewat proses membaca naskah selama sebulan ditambah komunikasi intens dengan warga setempat di Sejuba, Natuna, saat shooting.
Pada debutnya di film Posesif 2017 silam, Putri sukses memenangkan Piala Citra sebagai pemeran utama wanita terbaik. Namun, ia mengaku tidak menetapkan target apapun untuk film Jelita Sejuba.
"Di setiap film, saya ingin berkarya tanpa harus ada beban atau ingin mencapai lebih. Let it flow saja, bermain senatural dan senyamannya saya," ujar mantan presenter program jelajah My Trip My Adventure itu.