REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Naskah Arab kuno menjulukinya “Permata dari Timur”. Orang-orang Eropa menyebutnya “Tanah Para Saintis”. Kota nan megah dan indah itu sama tuanya dengan Romawi, Athena, dan Babilonia. Tanah legenda yang tahun ini berusia 2.758 tahun itu bernama Samarkand, kota terbesar kedua di Uzbekistan.
Keindahan Samarkand yang begitu populer sempat membuat Kaisar Alexander Agung terpikat. Tatkala menginjakkan kakinya untuk pertama kali di tanah Samarkand, Alexander pun berseru, “Aku telah lama mendengar keindahan kota ini, namun tak pernah mengira kota ini ternyata benar-benar cantik dan megah.”
Selain tersohor dengan keindahannya, Samarkand pun dikenal sebagai kota yang strategis. Kota legenda itu berada di tengah 'Bayangan Asia' yang menghubungkan Jalur Sutera antara Cina dan Barat.
Pada era kejayaan Islam, Samarkand menjadi pusat studi para ilmuwan. Itulah mengapa, orang-orang Eropa mendaulatnya sebagai “Tanah Para Saintis”. Samarkand merupakan salah satu kota tertua di dunia. Kota yang awalnya bernama Maracanda itu ditetapkan sebagai “World Heritage City” (Kota Warisan Dunia) oleh UNESCO pada 2001.
Samarkand memasuki babak baru ketika Islam menaklukkan wilayah itu pada abad ke-8 M. Dinasti Umayyah yang saat itu dipimpin Khalifah Abdul Malik (685 M - 705 M) menugaskan Qutaibah bin Muslim sebagai gubernur di wilayah Khurasan. Ketika itu, Samarkand dipimpin Tarkhum yang telah melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Cina. Wilayah itu bersama dengan Bukhara sempat menjadi pusat Islamisasi penting di Asia Tengah.