Jumat 09 Mar 2018 16:03 WIB

Mental dan Pengalaman, Faktor Kesuksesan di Liga Champions

PSG dan Spurs gagal melaju karena kurang pengalaman.

Rep: Lintar Satria Zulfikar/ Red: Endro Yuwanto
Pemain Tottenham Hotspur Ben Davies tertunduk lesu setelah timnya dikalahkan Juventus 1-2 pada leg kedua 16 besar Liga Champions.
Foto: AP Photo/Frank Augstein
Pemain Tottenham Hotspur Ben Davies tertunduk lesu setelah timnya dikalahkan Juventus 1-2 pada leg kedua 16 besar Liga Champions.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kegagalan Paris Saint-Germain (PSG) dan Tottenham Hotspur di Liga Champions jelas karena kurangnya pengalaman di kompetisi tertinggi antarklub Eropa. PSG gagal berlanjut ke babak berikutnya setelah dua kali dikalahkan Real Madrid. Dalam enam tahun terakhir ini, PSG memang tidak pernah lolos ke semifinal.

Sebenarnya, sejak musim 2012/2013 sampai 2015/2016, PSG selalu lolos ke perempat final. Baru pada musim 2016/2017 dan 2017/2018 ini, PSG hanya lolos di babak 16 besar. Sementara, sejak 2010 sampai 2017 lalu, Real Madrid tidak pernah turun dari semifinal. El Real pun memenangkan dua Liga Champions terakhir.

Dengan mental sebagai juara bertahan ini, Real Madrid mengalahkan PSG di dua leg babak 16 besar musim ini. PSG kalah 1-3 di leg pertama di Santiago Bernabeu pada 14 Febuari lalu. PSG kembali menanggung malu 1-2 di depan fan sendiri di leg dua yang berlangsung di Parc des Princes, Rabu (7/3) kemarin.

Seharusnya, PSG bisa membalas kekalahan di leg pertama karena selisih golnya pun tidak terlalu jauh. Jika saja PSG bisa menang 2-0 dari Real Madrid di leg kedua, Les Perisiens bisa lolos ke  perempat final. Sayangnya, ketika mendominasi pertandingan PSG justru kebobolan. Dua gol yang dicetak Cristiano Ronaldo dan Casemiro hanya mampu dibalas satu gol dari Edison Cavani.

Pada pertandingan di leg kedua tersebut Madrid tidak tampak tertekan. Los Blancos bertahan dengan baik dan solid. Sementara, PSG yang butuh kemenangan 2-0 sekeras mungkin berusaha menguasai bola. Setelah tertinggal 0-1 lewat gol Cristiano Ronaldo di menit ke-51, PSG justru kehilangan Marco Verrati yang mendapatkan kartu kuning kedua pada menit ke-61.

Sempat menyamakan kedudukan lewat gol Cavani di menit ke-71, impian PSG buyar ketika Casemiro mencetak gol pada menit ke-80. Pelatih Real Madrid Zinedine Zidane mengatakan salah satu alasannya timnya bisa mengalahkan PSG adalah dengan menerapkan pressing tinggi.

"Kami menekan mereka sejak awal dan saya pikir kami memainkan pertandingan yang sempurna. Secara taktis, kami menjalani pertandingan yang kami inginkan," kata Zidane dikutip dari laman resmi UEFA, Kamis (8/3).

Sementara, Tottenham baru bermain dua kali di Liga Champions yang menggunakan format sistem gugur seperti sekarang ini. Sedangkan, Juventus telah berpengalaman mencapai dua final dalam empat tahun terakhir. Juventus bisa mengantisipasi ketegangan dan tekanan dengan baik di Liga Champions. Spurs yang sangat berambisi lolos ke babak berikutnya justru tersingkir di kandang sendiri.

Tottenham harus mengakui keunggulan Juventus 1-2 di leg kedua, Kamis (8/3). Padahal Spurs berhasil menahan imbang Juventus 2-2 di leg pertama.

Pada akhirnya pengalaman Juventus yang menyingkirkan Tottenham di Liga Champions. Penentu kemenangan Juve Gonzalo Higuian mengonfirmasikan hal tersebut.

Menurut Higuain seperti tim-tim Inggris lainnya, Tottenham selalu meninggalkan celah di lini belakang. "Kami tahu tim Inggris selalu meninggalkan celah di belakang yang memberi kami kesempatan," kata Higuain kepada Mediaset dikutip dari Football Italia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement