REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sleman telah tersebar ke 17 kecamatan dan masih menjadi prioritas. Namun, Pemkab Sleman sampai Maret ini berhasil menurunkan penyebaran DBD sebesar 133 persen dibanding Maret 2017 lalu.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Nurulhayah mengungkapkan jumlah kasus DBD di Kabupaten Sleman pada 2017 sebanyak 427 kasus dengan kematian tiga orang. Sedangkan, pada 2018 sampai Maret tercatat ada 33 kasus DBD tanpa kematian.
Ia mengatakan, telah melakukan upaya antisipatif mengatasi penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Sleman. Nurul menuturkan, telah pula melakukan edukasi kepada masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Nurul menjelaskan, saat ini telah diaktifkan Kelompok Kerja Operasional (Pokjonal) DBD kabupaten, kecamatan dan desa untuk monitoring dan pemantauan jentik berkala (PJB). "Kita juga telah membentuk jumantik cilik, jumlah kelompok jumantik cilik di Kabupaten Sleman ada 46 kelompok dengan kader sebanyak 3.438 kader cilik dan remaja," kata Nurul saat kegiatan PJB di Dusun Mrican, Desa Caturtunggal, Kecamatan Depok.
Nurul menambahkan, pemberdayaan masyarakat telah ditingkatkan dengan memperluas kader jumantik di puskesmas-puskesmas. Itu dilakukan karena DBD merupakan penyakit memerlukan penanganan yang komprehensif dan tidak bisa dilakukan Dinas Kesehatan saja.
Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan, banyaknya jumlah jumantik di Kabupaten Sleman memiliki andil yang signifikan dalam menurunkan angka DBD. Ia berharap, jumantik yang ada di Kabupaten Sleman dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik.
"Walaupun jumlah kita banyak, tapi jangan terlena karena jumlah yang banyak ini jadi tidak berarti ketika prosesnya tidak lakukan dengan baik," ujar Sri.