Rabu 19 May 2021 17:52 WIB

Sleman Terapkan Metode Wolbachia Tekan DBD

Metode Wolbachia akan dilakukan di 20 Puskesmas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nora Azizah
Pemkab Sleman akan menerapkan metode Wolbachia untuk menekan tingkat penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui nyamuk Aedes Aegypti.
Foto: republika
Pemkab Sleman akan menerapkan metode Wolbachia untuk menekan tingkat penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui nyamuk Aedes Aegypti.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemkab Sleman akan menerapkan metode Wolbachia untuk menekan tingkat penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) melalui nyamuk Aedes Aegypti. Metode dilakukan secara daring dan dialog yang diisi Bupati, Yayasan Tahija dan Peneliti WMP.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Joko Hastaryo mengatakan, program itu dinamakan Si Wolly Nyaman. Diusung bersama World Mosquito Program (WMP) dari UGM dan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, serta turut didukung Yayasan Tahija.

Baca Juga

Si Wolly Nyaman diambil dari nama Wolbachia yang berasal dari bakteri alami di 60 persen jenis serangga. Bakteri yang juga ada di tubuh nyamuk Aedes aegypti yang akan disebarkan, melindungi masyarakat dari penularan DBD terus menerus.

Hal ini dilakukan karena Bakteri Wolbachia akan tetap ada di dalam tubuh nyamuk hasil perkawinan nyamuk ber-Wolbachia dengan nyamuk lokal. Implementasi program ini turut didasarkan Instruksi Bupati Sleman Nomor 09/Instruksi/2021.

"Rencananya, akan dilaksanakan melalui 20 puskesmas dengan 13 kapanewon, di wilayah 39 kalurahan, dan 588 padukuhan di Sleman," kata Joko, Rabu (19/5).

Wilayah tersebut dipilih karena riwayat angka kejadian DBD yang tinggi. Dinkes Sleman akan menyebarkan 22.000 lebih ember telur nyamuk ber- Wolbachia, dengan dititipkan ke orang tua asuh terpilih tiap-tiap padukuhan dan fasilitas umum.

Metode Wolbachia sendiri 2020 terbukti efektif menurunkan 77 persen kejadian dengue dalam penelitian Randomized Controlled Trial (RCT) di Kota Yogyakarta. Joko berharap, program berjalan lancar karena telah disiapkan sejak awal 2021.

"Mulai pelatihan pelatih pelaksanaan implementasi perluasan manfaat Wolbachia di Sleman secara daring, pelatihan pelaksana dari perwakilan Dinkes Sleman ke perwakilan 20 puskesmas dan 13 kapanewon, serta sosialisasi padukuhan lokasi," ujar Joko.

Peneliti WMP, Riris Andono Ahmad menekankan, nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia terbukti aman. Nyamuk ber-Wolbachia yang dititipkan di rumah warga itu sendiri dapat dipastikan aman karena sudah tidak dapat lagi menularkan virus dengue.

Berdasarkan analisis risiko dari tim ahli independen yang dibentuk Kemenristek Dikti dan Balitbangkes Kemenkes, disimpulkan resiko teknologi dapat diabaikan. Teknologi ini jadi langkah pelengkap upaya-upaya pengendalian penyakit DBD.

"Diharapkan, kegiatan-kegiatan seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3 M plus, gerakan satu rumah satu jumantik, dan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk, tetap harus dilaksanakan oleh segenap lapisan masyarakat," kata Doni.

Berdasarkan data yang dihimpun Dinkes Sleman, kasus DBD per bulan di Kabupaten Sleman mulai 2016 ada 880 dengan kasus meninggal dunia sembilan orang. Angka mengalami penurunan 2017 dengan 427 penderita dan tiga meninggal dunia.

Lalu, 2018 turun menjadi 114 penderita dan meninggal dunia satu. Sedangkan, 2019 mengalami kenaikan lagi menjadi 728 penderita dengan kasus meninggal dunia dua orang dan untuk 2020 meningkat kembali menjadi 810 dengan dua meninggal.

Untuk 2021, sampai akhir April ada 112 kasus tanpa meninggal dunia. Siklus empat tahunan biasa terjadi dengan peningkatan kasus, tapi kasus meninggal dunia semakin menurun dan disebabkan sudah dimulainya program Si Wolly Nyaman. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement