REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Rapat pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat selama dua hari (10-11/3) di Sentul, Bogor, telah berakhir. Namun, tak ada nama calon presiden maupun calon wakil presiden yang muncul dari Rapimnas itu.
Sejauh ini, Demokrat masih menyimpan erat siapa capres dan cawapres yang akan diusungnya dalam Pilpres 2019 mendatang. Kendati sejumlah kemungkinan sempat mencuat pada saat rapimnas dihelat.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan partainya pasti akan mengusung capres dan cawapres pada Pilpres 2019. Demokrat akan memilih capres dan cawapres yang paling tepat untuk bangsa Indonesia.
"Pada saatnya nanti, beberapa bulan mendatang, putra-putri terbaik bangsa yang Demokrat nilai cakap dan mampu memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan, akan kami umumkan. Pada saatnya akan kami sampaikan," kata SBY saat memberi sambutan pada Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018, Sabtu (10/3).
SBY meminta restu kepada Presiden Jokowi yang hadir pada Rapimnas itu dan seluruh rakyat agar Demokrat sukses dan menang di 2019. SBY juga menyatakan tidak menutup kemungkinan Partai Demokrat mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden dalam Pemilu 2019 mendatang.
Partai Demokrat bersama PKB dan PAN sampai saat ini belum memutuskan mendukung atau mengusung capres untuk Pilpres 2019. Ketiga partai itu bahkan sempat menggelar pertemuan dan membuka wacana lahirnya poros tengah dengan mengusung capres dan cawapres sendiri. Gabungan ketiga partai itu cukup untuk mengusung pasangan capres-cawapres sendiri.
Sementara, PDIP bersama partai-partai pro pemerintah seperti Partai Hanura, Nasdem, PPP, dan Golkar, sudah menyatakan dukungannya kepada Jokowi. Adapun Gerindra dan PKS kemungkinan besar masih mencalonkan Prabowo Subianto.
Hanya saja untuk mendukung Jokowi, SBY mengatakan koalisi bisa tercapai jika ada kesamaan platform dan visi misi di antara partai-partai pendukung. Tantangannya, mungkinkah Demokrat menyatukan gelombang dengan partai-partai yang terlebih dahulu mendukung Jokowi, terutama dengan PDI Perjuangan.
Kesopanan Politik
Pernyataan SBY yang membuka peluang bergabung dengan koalisi pengusung Jokowi, dianggap tidak akan punya nilai apapun. Pernyataan SBY di hadapan Jokowi hanyalah sikap kesopanan politik.
“Pak SBY dan Pak Jokowi sedang mempertontonkan kesopanan politik saja,” kata Founder Lembaga Survei Kedai Kopi, Hendri Satrio, Ahad (11/3). Masih terlalu jauh kalau pernyataan SBY tersebut sudah berarti Demokrat akan mendukung Jokowi.
Hendri mengatakan hal itu juga sudah dilakukan Jokowi saat putra SBY, Agus Hari Murti Yudhoyono (AHY ) saat mengantar undangan. “Sebelum ada kata kongkrit, saya rasa tidak akan terjadi itu,” ungkapnya.
SBY dan Demokrat, kata Hendri, masih memiliki peluang untuk mengusung capres-cawapres dalam koalisi yang mereka bangun sendiri. Kemungkinan Demokrat akan memunculkan sejumlah nama. Hal ini karena di Demokrat tidak hanya ada nama AHY. Ada juga Tuan Guru Bajang (TGB).
“Tapi kalau disodori TGB ada kemungkinan akan diambil Jokowi. Kalau tidak maka TGB bisa jadi kompetitor yang serius buat Jokowi,” ungkapnya.
Namun, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya memprediksi Demokrat akan lebih memilih AHY ketimbang TGB jika mempunyai peluang untuk mengajukan capres-cawapres. Menurutnya, hal ini lebih pada kenyataan bahwa Partai Demokrat merupakan kendaraan politik bagi keluarga SBY.
"Saya pikir ini sulit, partai ini partai keluarga, saya sering sebut Partai Demokrat ini lebih menyerupai SBY Fans Club," ujar Yunarto saat dihubungi melalui sambungan telepon, Ahad (11/3).
Yunarto menyematkan label partai keluarga menilik posisi Agus Harimurti Yudhoyono yang langsung melambung dan menempati posisi yang strategis di partai. Pada Februari lalu, Ketua Umum Partai Demokrat SBY mengukuhkan putranya, AHY, sebagai Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) untuk Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.
Bukan tidak mungkin, Yunarto menyatakan, AHY langsung masuk dalam bursa capres atau cawapres kendati Demokrat memiliki sosok-sosok yang lebih potensial, termasuk TGB. "Jadi menurut saya, dengan karakter seperti ini, jangan harap ada kader lain yang menyalip nama AHY. Bahkan untuk seseorang TGB Zainul Majdi," kata dia.
Meski demikian, Yunarto berpendapat, Partai Demokrat hanya akan mengusung AHY pada Pilpres 2019 sebagai batu loncatan untuk target yang sebenarnya, yakni Pilpres 2024. Karena itu, ia memprediksi, siapapun yang menawarkan posisi cawapres kepada AHY bakal langsung diambil oleh Demokrat.
"Siapapun capres yang bisa menawarkan posisi yang lebih tinggi, yang menawarkan menteri atau cawapres, pasti akan memilih mengambil cawapres, walaupun mereka tahu sulit untuk menang," kata dia.