REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya memprediksikan Partai Berkarya sulit untuk menembus ambang batas parlemen atau parlementary treshold. Seharusnya, Ketua Umum Partai Berkarya Tommy Soeharto belajar sejarah terkait rekam jejak politiknya.
Salah satunya, ketika dia merebut kepemimpinan Partai Golkar dan hanya mendapatkan nol suara. Tommy juga harus menyadari saat Hardiyanti Rukmana alias Tutut mendirikan partai, perolehan suaranya juga kecil.
"Tommy juga harus melihat sepak terjangnya yang secara hukum pernah bermasalah," ujar Yunarto, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (13/3).
Yunarto mengatakan, ada kesalahan persepsi dari Partai Berkarya dan Tommy. Mereka memandang nama besar ayahnya, Presiden Soeharto, demikian mudahnya berkorelasi dengan suara partainya.
Padahal, menurut Yunarto, tidak demikian sebab Soeharto yang dihormati adalah pembangunannya, bagaimana pencapaian ekonomi, bukan kultus terhadap Soeharto itu sendiri. Kini nama Soeharto demikian mudah dipakai oleh anak-anaknya.
"Kalau pasti menggunakan logika seperti itu, menurut saya partai ini akan gagal, saya yakin partai ini tidak akan lolos parlementary treshold," kata Yunarto menerangkan.