Kamis 15 Mar 2018 15:35 WIB

Jika Diusung, Gatot dan TGB Bisa Tiru Obama

Solusi masalah finansial yang dialami Gatot dan TGB bisa dengan dana kampanye publik.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Bilal Ramadhan
Barack Obama
Foto: Esquire
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis sosial-politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menuturkan, mantan panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi memiliki peluang di pilpres 2019. Gatot dan TGB bisa meniru cara Barack Obama dengan menerima sumbangan dana kampanye dari publik saat Pilpres AS 2012.

"Modal finansial yang sebetulnya menjadi problem di Pak Gatot dan Pak TGB. Tapi, pola yang dilakukan Barrack Obama itu menarik, yaitu bagaimana dia menarik dana publik, memberi peluang rakyat untuk memberikan dukungan finansial kepada calon presiden," tutur dia kepada Republika.co.id, Kamis (15/3).

Apalagi, saat Pilpres AS 2012 lalu Obama berhasil mengumpulkan dana sampai 1,2 miliar dolar. "Bayangkan misalnya Obama berhasil mengumpulkan dana sebesar itu. Itu angka yang cukup besar dari publik," tutur dia.

"Jadi, sebetulnya pola mengambil dana dari publik itu harus dimulai oleh parpol sehingga akuntabilitasnya dipertanggungjawabkan ke hadapan publik," ucap dia menambahkan.

Ubedilah mengatakan, adanya sumbangan dana itu agar capres yang terpilih nantinya bisa bekerja dengan benar karena rakyat sudah berkorban untuk memberikan dukungan finansial.

"Dibanding misalnya capres itu dibiayai oleh cukong. Kalau begini maka dia berpikir untuk kepentingan cukong, tapi kalau capres dibiayai oleh rakyat maka dia berpikir untuk kepentingan rakyat. Itu yang disebut dengan rasionalitas publik. Ini harus kuat di era yang terbuka dan terus berubah ini," ujarnya.

Ubedilah menilai Gatot dan TGB secara sosiologis memiliki peluang besar memenangkan pilpres 2019 bila keduanya berpasangan. "Secara sosiologis dua-duanya punya potensi besar untuk menjadi capres dan cawapres. Ada peluang untuk memenangkan pertarungan dengan catatan memiliki strategi kampanye dan kerja-kerja partai pendukungnya yang maksimal," katanya.

Pertimbangannya, yaitu karena salah satu faktor pemenangan kontestasi itu adalah seberapa besar kandidat memiliki jaringan sosial yang kuat. Sedangkan, keduanya memiliki modal keduanya.

"Modal sosial Gatot di masyarakat Jawa, kemudian jaringan militer, dan jaringan di kalangan santri. Sementara, TGB itu selain di politik santri, juga karena dari Indonesia timur," kata Ubedilah melanjutkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement