Kamis 15 Mar 2018 17:13 WIB

Purbalingga Masih Kekurangan Dokter

Saat ini tercatat 116 dokter umum dan spesialis di Purbalingga.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Gita Amanda
Kesehatan dan Dokter (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kesehatan dan Dokter (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Kabupaten Purbalingga dinilai masih kekurangan tenaga dokter. Terlebih bila hal itu dikaitkan dengan visi one doctor one village yang diinginkan Bupati Tasdi.

Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi atau sering dipanggil Tiwi, menyebutkan dari data yang ada saat ini tercatat sebanyak 116 dokter baik umum maupun spesialis di Purbalingga. ''Kalau dilihat dari jumlah penduduk Purbalingga yang mencapai sekitar 907 ribu jiwa, maka jumlah dokter sebanyak itu masih sangat kurang,'' jelasnya, Kamis (15/3).

Dengan jumlah dokter sebanyak itu, kata Wabup, seorang dokter masih harus mengampu atau melayani sekitar 80 ribu jiwa. ''Idealnya, seorang dokter hanya mengampu sekitar tiga ribu penduduk. Dengan demikian, wilayah Purbalingga kami perkirakan masih kekurangan sekitar 186 tenaga dokter,'' katanya.

Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Purbalingga tahun 2015, Tiwi menyebutkan prosentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan. Rata-rata mencapai sekitar 35,93 persen.

Sedangkan dalam hal penanganan kesehatan anak, Tiwi menyebutkan, prosentase balita usia 0-4 tahun yang diberi ASI tanpa makanan tambahan selama empat bulan mencapai sekitar 55,01 persen. Sedangkan tingkat pemberian ASI ekskulusif untuk balita kurang 2 tahun, sebesar 30,02 persen. Demikian juga, balita 1-4 tahun yang mendapatkan imunisasi lengkap baru mencapai 78,19 persen.

Dalam kesehatan keluarga, prosentase rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih untuk kebutuhan minum baru mencakup 66,96 persen. Sebab warga yang memiliki akses terhadap air minum layak baru sebesar 67,82 persen. Termasuk rumah tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak, baru sebesar 63,77 persen.

Berdasarkan data tersebut, Tiwi menyebutkan, persoalan kesehatan yang harus dibenahi di wilayahnya memang masih sangat banyak. Termasuk dalam masalah kebutuhan dokter.

Dalam upaya memenuhi kebutuhan dokter ini, Wabup Tiwi menyebutkan, Pemkab telah melaksanakan program khusus. Dalam program ini, anak-anak dari keluarga tidak mampu yang berprestasi, akan di sekolahkan di fakultas kedokteran dengan beasiswa dari Pemkab.

''Untuk itu, Pemkab telah menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran,'' jelasnya.

Salah satu yanng sedang dijajaki agar bisa menjalin kerja sama adalah Universites Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. Untuk itu, Wabup telah melakukan pertemuan dengan Rektor Unsoed Dr Achmad Iqbal.

Dalam pertemuan itu, Rektor menyambut baik program yang ditawarkan oleh Pemkab Purbalingga. Namun dia menyebutkan, mekanisme penerimaan mahasiswa di Unsoed tetap harus sesuai dengan ketentuan yang ada, melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan seleksi Mandiri.

''Setiap tahun, Fakultas Kedokteran Umum Unsoed hanya menerima 120 mahasiswa, yang terdiri dari 30 persen dari jalur SNMPTN, 50 persen dari SBMPTN dan 20 persen dari seleksi Mandiri,'' katanya.

Achmad Iqbal mengakui beberapa kerjasama telah dilakukan Unsoed dengan beberapa instansi pemerintah. Namun untuk kerja sama terkait dengan program kedokteran baru dijajaki dengan Pemkab Purbalingga.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement