REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Panen raya di Jawa Barat tahun ini diperkirakan mundur hingga April 2018. Akibatnya, harga beras diprediksi akan tetap tinggi.
Sejumlah daerah lumbung padi di Jabar seperti Cirebon, panennya belum merata. Di wilayah tersebut, masih ada padi yang hijau dan masih menunggu beberapa minggu lagi untuk dipanen. Saat ini, baru sebagian kecil wilayah yang mulai panen.
Kadivre Bulog Jabar M Sugit Tedjo Mulyono memperkirakan panen raya akan berlangsung pada pertengahan April atau mundur dari perkiraan awal sekitar pertengahan Maret. Mundurnya panen raya tersebut karena melihat masih banyak petani yang belum panen dan serapan gabah Bulog.
"Tahun lalu pertengahan Maret kita sudah bisa menyerap 2.000 ton per hari. Sekarang masih 800 sampai 1.100 ton per hari. Panen kemungkinan mundur sampai April," ujar Sugit, Jumat (16/3).
Sugit khawatir, tidak ada puncak panen raya. Hal itu karena petani diperkirakan akan panen berangsur-angsur hingga April. "Sekarang kondisinya baru mau panen. Ada padi yang masih hijau, sebagian kuning. Saya khawatir tidak ada penan raya. Tidak ada panen puncak bersamaan," katanya.
Salah satu penyebab mundurnya panen raya, kata dia, disebabkan banjir di beberapa wilayah serta serangan hama padi. Akibatnya, tidak sedikit petani yang memilih panen di awal.
Sementara menurut salah seorang petani di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon Surip, dari empat hektare sawah yang dimiliki, baru satu hektare yang dipanen hari ini. Sisanya, rencananya akan dilakukan dalam beberapa hari dan pekan depan. "Baru satu hektare yang bisa dipanen. Sisanya mungkin besok-besok, kalau sudah waktunya. Kalau yang lain nunggu hujan, baru dipanen," ujar Surip.
Surip menjelaskan, untuk 1 hektare sawah tadah hujan, ia bisa mendapat 4 ton gabah kering. Sementara untuk sawah irigasi bisa mendapat 5 ton gabah kering. "Kalau harga masih bagus, Rp 6.000 per kilogram. Itu juga sudah turun dari Rp 7.000 per kilogram gabah kering," katanya.