REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) telah setuju untuk menggelar latihan militer gabungan pada awal April. Latihan ini diprediksi akan melunturkan niat Korea Utara (Korut) yang sebelumnya menyatakan siap berunding dengan AS dan Korsel.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis militer AS pada Senin (19/3) diungkapkan bahwa latihan militer gabungan dengan Korsel akan dimulai pada 1 April mendatang.Latihan ini akan mencakup simulasi komputer dan latihan lapangan. Sebanyak 27.700 pasukan AS dan 300 ribu pasukan Korsel akan dilibatkan dalam latihan militer gabungan ini.
Juru bicara Pentagon Letnan Kolonerl Christopher Logan mengatakan, Korut telah diberi tahu Komando PBB tentang rencana penyelenggaraan latihan militer gabungan dengan Korsel. Ia berharap Korut tidak melihat latihan ini sebagai bentuk provokasi terhadap negaranya.
"Latihan gabungan kami berorientasi pada pertahanan dan tidak ada alasan bagi Korut untuk melihatnya sebagai provokasi," ujar Logan. Menurut Logan, latihan ini akan berlangsung selama sebulan dan berakhir pada Mei.
Sebelumnya AS dan Korsel sepakat menunda latihan militer gabungan mereka yang rencananya dilaksanakan pada Januari lalu. Hal ini dilakukan merespons keputusan Korut yang bersedia melakukan pembicaraan resmi pertama dengan Korsel setelah lebih dari dua tahun lamanya.
Dalam pertemuan tersebut, delegasi Korut dan Korsel membicarakan tentang rencana partisipasi Korut dalam perhelatan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang. Seusai pertemuan tersebut, Korut menyatakan setuju untuk berpartisipasi dalam OlimpiadeMusim Dingin PyeongChang yang digelar di Korsel.
Pemimpin Korut Kim Jong-un bahkan mengutus adik perempuannya, Kim Yo Jong, untuk menghadiri seremoni pembukaan olimpiade. Kedatangan Kim Yo Jong ke Korsel disambut hangat oleh Presiden Korsel Moon Jae-in. Sebab untuk pertama kalinya sejak 1953, seorang anggota garis keturunan penguasa Korut menginjakkan kakinya di Korsel.
Pada awal Maret lalu, Moon Jae-in telah mengutus Penasihat Keamanan Nasional Chung Eui-yong dan Kepala Badan Intelijen Nasional Suh Hoonke Korut. Keduanya ditugaskan untuk bertemu Kim Jong-un dan mengatur kemungkinan penyelenggaraan dialog yang tidak hanya melibatkan kedua negara,tapi juga AS.
Pertemuan itu pun membuahkan hasil. Kim Jong-un menyatakan bersedia menghadiri pertemuan yang juga akan dihadiri Presiden AS Donald Trump.
Dalam pertemuan yang direncanakan digelar pada Mei mendatang, Korut, Korsel, dan AS akan membahas tentang denuklirisasi di Semenanjung Korea. Bila terselenggara, pertemuan ini akan menjadi yang perdana bagi presiden AS dan pemimpin Korut.