REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengimbau perbankan agar memperbaiki sistem teknologinya. Hal ini terkait dengan adanya komplotan pencuri data nasabah (skimming) yang menjarah uang dari ATM milik 64 bank. "Kalau terjadi seperti begitu, bank harus memperbaiki sistemnya dan tentu ini menjadi tanggung jawab masing-masing bank," ujar Jusuf Kalla ketika ditemui di kantornya, Selasa (20/3).
Jusuf Kalla mengatakan, pembobolan uang nasabah melalui ATM ini menandakan bahwa ada kelemahan dalam sistem teknologi perbankan yang harus diperbaiki. Dia menilai komplotan pencuri data nasabah tersebut memahami kelemahan sistem teknologi perbankan di Indonesia sehingga bisa dibobol dengan mudah. Jusuf Kalla menegaskan, tindakan skimming ini murni tindakan kriminal.
"Artinya mereka memahami kelemahan IT (informasi dan teknologi) yang ada, oleh karena itu mereka membobolnya, berarti ada kelemahan di sistem yang harus diperbaiki," kata Jusuf Kalla.
Sebelumnya, polisi menyebut komplotan pencuri data nasabah (skimming) telah menjarah uang dari ATM mili 64 bank di dalam negeri maupun luar negeri. Di antaranya, BCA, BNI, Bank Mandiri, dan BRI. Jumlah kartu ATM yang dikuras sebanyak 1.314 keping kartu.
Dari dalam negeri tercatat sebanyak 13 bank yang menjadi korban aksi pelaku. Hingga saat ini, polisi masih mengumpulkan data terkait kerugian dari aksi pembobolan ATM melalui cara skimming. Diperkirakan kerugian mencapai miliaran rupiah.